Penangan Panen dan Pasca Panen

Minggu, 13 Februari 2011

PENDAHULUAN


Pemenuhan gizi yang seimbang sangat diperlukan oleh masyarakat, baik itu gizi makro maupun gizi mikro seperti karbohidrat, lemak , protein, air, mineral, dan vitamin. Holtikultura sebutan bagi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang cukup tinggi dan beberapa di antaranya yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, seperti vitamin A, serat, gula, dan vitamin C.
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable). Produk yang telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan O2, hambatan regim suhu, dan sebagainya. Sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Penanganan pasca panen ini bertujuan memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat (konsumen), memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjan masa simpan.
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25 % - 28 %. Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Bila pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Suhardi, 1992). Berbagai cara penanganan pasca panen buah dan sayuran adalah pendinginan awal (recooling), sortasi, pencucian/pembersihan, degreening (penghilangan warna hijau) dan colour adding (perbaikan warna), pelapisan lilin, fumigasi, pengemasan/pengepakan dan penyimpanan.




ISI
Mencermati keadaan perekonomian saat ini yang tidak menentu, ditunjang dengan situasi keamanan dan suhu politik yang memanas, seolah menyiratkan pada kita semua bahwa negara kita akan semakin terpuruk bila perdagangan bebas segera diberlakukan. Sebelum diberlakukan pun, hampir di setiap sektor belum menunjukkan kesiapannya. Tidak terkecuali dengan sektor pertanian. Bahkan sektor yang satu ini benar-benar harus dipersiapkan. Membanjirnya produk – produk impor seperti buah-buahan sebagai dampak diberlakukannya deregulasi beberapa tahun lalu sedikit banyak telah merugikan pertanian dalam negeri. Itu merupakan sebuah contoh betapa belum siapnya negara kita. Buah impor yang masuk memiliki keunggulan dari segi rasa dan penampilan sedangkan dari harganya sendiri lebih kompetitif. Akibatnya pasar buah kita lebih didominasi buah impor.
Sebagai orang awam, bila disodorkan dua barang dimana barang yang satu harganya tinggi dengan mutu yang biasa sedangkan barang yang lain harganya lebih murah dengan mutu yang jauh diatas barang pertama tentulah akan memilih barang yang kedua. Tidak peduli barang tersebut asalnya darimana yang penting di mata konsumen adalah harga yang kompetitif dengan kualitas yang bagus. Situasi tersebut dapat dianalogikan dengan produk kita saat ini. Kurang diterimanya produk pertanian kita di pasar domestik maupun internasional tidak terlepas dari masih rendahnya mutu produk yang dihasilkan, sehingga wajar bila produk kita tidak memiliki lagi keunggulan kompetitif maupun komparatif.
Masih kurangnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap produk sendiri terutama barang pertanian dipengaruhi oleh beberapa hal. Mutu atau kualitas merupakan hal penting yang tidak boleh diremehkan. Mutu barang yang rendah akan berimbas pada citra produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga. Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan dipengaruhi beberapa faktor, dan salah satu diantaranya adalah kurang baiknya penanganan pasca panen.

PANEN
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:Mahkota buah terbuka.
a.       Tangkai buah mengerut.
b.      Mata pada kulit buah berukuran lebar, besar, lebih bulat, tidak tajam, rata serta berlubang pada bagian tengahnya
c.       Pangkal buah kuning.
d.      Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
e.       Bila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema.
Jika buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit/anakan nenas dibawah pohon induk/utama yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nenas dipanen dengan menebang pohon induk/utamanya, tetapi tetap membiarkan anakan nenas tumbuh disamping/dibawahnya. Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar. Waktu panen dipengaruhi juga oleh tujuan penggunaannya, untuk dikonsumsi sebagi buah segar, diolah menjadi selai, keripik, nata, dsb, atau untuk dipasarkan ke tempat jauh. tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.


PENANGANAN PASCA PANEN BUAH NANAS
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti  pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar,  batang  bengkok,  buah  keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan,  curing,  sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Hubungan berbagai bidang kajian dalam pasca produksi terlihat pada Gambar diatas.

Buah pasca panen pada umumnya ada yang mengalami kerusakan atau busuk. Serangan  OPT dan terbentur menjadi salah satu penyebabnya, hal tersebut dapat diketahui dengan gejala yang muncul setelah panen seperti kulit buah berwarna coklat sampai hitam. Bila kulit buah yang sudah berubah warna tersebut dibuka, maka permukaan daging buahnya melunak dan bahkan berair.tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi. Penampilan kulit buah yang yang demikian menyebabkan buah tidak menarik bagi konsumen dan mempunyai nilai jual yang rendah. Kondisi buah seperti ini sering terlihat pada saat buah buahan berada dalam pengangkutan, dalam  kemasan, penyimpanan,  pemasaran, atau  ketika dalam masa konsumsi setelah sampai ditangan konsumen. Untuk meningkatkan kualitas produk buah perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain : kondisi awal kualitas kesehatan  tanaman, dari komoditas buah dilapangan, termasuk dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), suhu dan kelembaban saat pasca panen, cara penanganan, cara penyimpanan transportasi dan distribusinya. Hal tersebut merupakan system yang terkait satu sama lain dalam menjaga kualitas buah.
Namun tidak semua buah dan sayur mendapat penanganan pasca panen, karena tanaman holtikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dan membutukan perlakuan tertentu pula. Kita ambil contoh buah nanas, hasil olahan buah nanas sudah banyak beredar di masyarakat, seperti selai nanas, dodol, dan sirup. Akan tetapi masih banyak lagi pengolahan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan mutu buah nanas setelah di panen.
Penanganan Pasca Panen
Kegiatan penanganan lepas panen pada buah nanas meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a.       Pengumpulan Buah
Buah yang dipanen dikumpulkan di tempat pengumpulan atau tempat sortasi.
b.      Sortasi/Klasifikasi
Dilakukan eliminasi produk yang luka, busuk, atau cacat, agar terpilih buah nanas yang baik dan manis sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.
c.       Pembersihan dan Pencucian
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, insekta, atau residu penyemprotan sebelum panen. Buah nanas harus dibersihkan dari daun-daun atau kotoran lain yang masih menempel dan memangkas tangkai buahnya. Dan pencuciannya sebaiknya pada air bersih dan mengalir.
d.        Pemeraman
Agar diperoleh buah nanas yang matang secara bersama, maka dilakukan pemeraman, yaitu dengan cara membungkus buah nanas dengan daun, kemudian dimasukkan ke dalam peti.
e.       Pengemasan
Proses ini juga dapat mempengaruhi tampilan buah nanas nantinya, buah nanas dengan kemasan yang menarik mempunyai harga yang lebih tinggi. Buah nanas tersebut dapat dikemas dalam kotak kayu yang jarang papannya, sehingga aliran udara masih dapat masuk. Kotak tersebut diberi alas lumut atau sabuk kelapa dan setelah itu dilapisi dengan kertas minyak.
f.       Pengangkutan
Dalam proses pengangkutan harus diperhatikan penempatannya dan aliran udaranya, tidak terkena hujan atau sinar matahari langsung.
g.      Penyimpanan
Penyimpanan buah dapat dilakukan pada suhu dingin, suhu atmosfer terawasi dan pada suhu ruangan. Dalam proses ini juga harus diperhatikan waktu atau lama penyimpanannya dan kerusakannya akibat bakteri. Jika harga buah jatuh di pasaran kita dapat melakukan penyimpanan untuk menunggu harga naik. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 50C.
 Penanganan  pasca panen yang baik sebenarnya perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di Indonesia seringkali tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat petani, hal ini dikarenakan harga buah dan sayuran di tingkat petani rendah sehingga penanganan pasca panen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan pasca panen dan hasil panen tersebut membuat hasil panen langsung di jual. Sedangkan ditingkat pedagang biaya penanganan pasca panen yang lain dirasa mahal sehingga tidak sesuai dengan laba yang diperoleh karena daya beli konsumen yang rendah. Oleh karena itu diperlukan penerapan teknologi tinggi yang tentunya juga disertai dengan peningkatan pengetahuan di kalangan petani tentang pentingnya penanganan pasca panen terutama jenis buah dan sayur yang tidak tahan lama. Serta diperlukan peran serta dari masyarakat dan pemerintah untuk menunjang hal tersebut.
Buah nanas tergolong  komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.  Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi.  Penyortiran dan Penggolongan Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.

Karakteristik Penting Fisiologi Pascapanen
 Hal yang penting untuk dipahami adalah produk pascapanen buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi.  Aktivitas respirasi berlangsung  untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pascapanennya.  Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan.  Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya.  Pada saat substrat mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses pelayuan dengan cepat. 
Karakteristik laju respirasi produk pascapanen hortikultura segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut. Bagian tanaman yang aktif mengalami pertumbuhan dan perkembangan mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tanaman yang sedikit dan tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan.  Semakin tinggi laju respirasi maka maka semakin cepat laju kemunduran mutu dan kesegarannya. Karena hubungan yang erat antara laju respirasi dengan laju kemunduran mutu dan kesegaran, maka laju respirasi sering dijadikan indikator masa simpan atau masa hidup pascapanen produk segar hortikultura.

Pada penyimpanan produk hortikultura segar yang perlu pula dicermati adalah adanya gas etilen yang mempercepat proses pelayuan.   Etilen adalah senyawa organik hidrokarbon paling sederhana (C2H4), secara alami dihasilkan oleh aktivitas metabolisme buah dan saturan.  Gas ini dapat pula dihasilkan dari pembakaran minyak kendaraan bermotor.  Secara fisiologis etilen sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (part per billion).   Laju produksi etilen oleh buah dan sayuran beragam seperti ditunjukkan pada Tabel 2.  Bila produk dengan laju produksi etilennya tinggi ditempatkan satu ruangan dengan produk yang laju produksi etilennya rendah maka akan mempercepat penuaan atau pelayuan produk yang berproduksi etileh rendah.   



PENUTUP
Kesimpulan :
1.      Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan
2.      Pasca produksi (Postproduction) dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing).
3.      Karakteristik laju respirasi produk pascapanen  hortikultura (nenas)  segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut.
4.      Pada penyimpanan produk hortikultura segar yang perlu pula dicermati adalah adanya gas etilen yang mempercepat proses pelayuan.  



DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
Anonim.(2009). Lahan Gambut di Kalimantan Berpotensi untuk Budidaya Nanas. Diakses 20 Oktober 2009] http://bisnisukm.com/lahan-gambut-kalimantan-berpotensi-untuk-budidaya-nanas.html
Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II; Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea Indonesia & European Commission. Jakarta.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.













0 komentar:

Posting Komentar

welcome

Browse