KRS ONLINE UNHAS

Rabu, 11 Mei 2011
Pengurusan KRS online di pertanian koq blum di buka sih??
itu pertanyaan yang timbul sebagai bentuk keluhan.....padahal pembayaran uang SPP telah dilakukan sejak 2 minggu yang lalu, dan hal ini baru terjadi selama aku kuliah...(Sotta aja degh... :D)


Kenapa bisa begitu??......
Aku juga kurang tau....tapi berdasarkan info yang beredar dikalangan civitas bahwa pengurusan KRS di Fakultas Pertanian akan dilaksanakan pada tanggal 8-14 Agustus......(padahalkan aku lagi sibuk KKN, jadi bolak-balik lagi degh....Pinrang - Pare2 - Barru - Pangkep - Maros - Kota tujuan  :D)


aku juga kurang tau bagaimana dengan fakultas lainn.....(kurang gaul kalee....he..he..)

Dibilang ama petugas bank bahwa pembayaran SPP batasnya ampe tanggal 12....(Mudah2an aja diperpanjang), Oh ya kalau mau diperpanjang aku usulkan buat sebagian teman2 jangan bayar SPP_nya dulu ya......ampe batas waktunya, coz kalau banyak yang blum bayar pasti diperpanjang ama petugasnya....(Ngarep, :P)

Mudah-mudahan dalam Pengurusan KRS nanti g' kayak gini.....

hahahahahhahaha


Kalau ada koreksi silahkan di komenntt.......
Peaceeee

Vaccum Fryer dan Vaccum Packaging

Senin, 09 Mei 2011

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan vital bagi seluruh mahkluk hidup. Bagi manusia makanan merupakan kebutuhan pokok untuk itu makanan selain hanya sebagai penghilang rasa lapar tetapi sebagai penunjang semua kegiatan tubuh manusia. Makanan juga mengandung banyak zat gizi yang dibutuhkan tubuh manusia terutama untuk pertumbuhan. Zat gizi yang terkandung dalam makanan pun sesuai dengan jenis bahan makanannya sendiri sehingga tiap-tiap bahan makanan mempunyai karakeristik yang berbeda. Untuk mempertahankan zat gizi yang  dikandung dalam bahan makanan dibutuhkan cara pengolahan yang tepat agar zat tersebut tidak terbuang percuma.
Untuk menggoreng buah-buahan yang akan dijadikan sebagai produk olahan keripik, kita memang harus memiliki sebuah alat yang dinamakan vacuum fryer atau vacuum frying (Mesin Penggoreng Hampa). Kita tidak mungkin menghasilkan produk buah olahan berupa kripik dengan menggunakan alat penggoreng biasa. Seperti kita ketahui bersama, untuk komoditi buah-buahan hampir semuanya memiliki kandungan glukosa (gula) yang cukup tinggi. Karenanya, bila kita mengolahnya dengan cara menggoreng menggunakan alat penggoreng biasa, keinginan untuk bisa berubah menjadi keripik tidak akan kesampaian, justru buah yang kita goreng malah meleleh seperti jelly. Atau kalau tidak malah membuat buah menjadi gosong dan tidak layak untuk dijual maupun dikonsumsi.
Pada penggorengan yang dilakukan sebagian besar lemak dalam penggorengan (listrik)  memiliki sistem penyaringan yang membantu Anda untuk mendapatkan semua bit kecil gunk goo adonan sisa dan makanan yang tetap berada di belakang sekali Anda telah memasak makanan Anda-tapi jika Anda memiliki alat penggoreng jenis lama Anda mungkin harus melakukan ini dengan tangan. Ini adalah hal yang kotor-tapi itu adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga minyak Anda segar dan tahan lama-rasa lebih baik lebih lama lagi. Bersihkan minyak dengan menjalankan saringan logam melalui penyaringan diri dengan menarik orang-bit makanan ke dalam keranjang dan meninggalkan minyak di belakang.

1.2   Tujuan dan Kegunaan
Percobaan  Pengenalan Vaccum Fryer  (Penggorengan Vakum) dan Vaccum Packaging  (Pengemasan Vakum) ini bertujuan untuk mengenal dan mengetahui bagaimana model dan cara kerja pada alat dan mesin ini
Kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa diharapkan setelah mengikuti praktikum ini dapat mengaplikasikan  mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan hasil pertanian berupa teknik penggorengan vakum dan pengemasan vakum.



TINJAUAN PUSTAKA

Penggorengan merupakan salah satu meode pengeringan bahan pangan dengan menggunakan minyak sebagai media pindah panas. Sistem penggorengan celup merupakan salah satu cara penggorengan yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan pengeringan bahan pangan. Penggorengan sistem celup, bahan dikelilingi oleh minyak goreng dengan urutan perilaku sebagai berikut : 1). Air yang terletak di permukaan bahan akan membentuk uap; 2). Suhu minyak turun; 3). Panas yang diberikan menimbulkan reaksi dari komponen bahan dan minyak; 4). Pengeringan di permukaan bahan dan penyerapan minyak diikuti pembentukan aroma dan tekstur.
Metode penggorengan hampa dalam pengeringan bahan pangan memiliki nilai lebih karena akan terjadi penurunan laju kerusakan minyak dan bahan. Pada penggorengan hampa air akan dapat diuapkan pada suhu yang relatif rendah sebanding dengan penghampaan ruang penggorengan.
1.        Vaccum Fryer (Penggorengan Vakum)
Mesin penggoreng hampa (en: Vacuum Fryer) adalah mesin produksi untuk menggoreng berbagai macam buah dan sayuran dengan cara penggorengan hampa. Penggorengan vacuum merupakan cara pengolahan yang tepat untuk menghasilkan kripik buah dengan mutu tinggi. Cara menggoreng dengan menggunakan penggoreng vacuum (hampa udara), akan menghasilkan kripik dengan warna dan aroma buah asli serta rasa lebih renyah dan nilai gizi tidak banyak berubah. Kerenyahan tersebut diperoleh karena proses penurunan kadar air dalam buah terjadi secara berangsur-angsur dengan suhu penggorengan yang rendah. Teknik penggorengan hampa yaitu menggoreng bahan baku (biasanya buah-buahan atau sayuran) dengan menurunkan tekanan udara pada ruang penggorengan sehingga menurunkan titik didih air sampai 50°-60° C.. Teknik penggorengan hampa ini akan menghasilkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan cara penggorengan biasa, diantaranya
  1. Tidak mengubah warna buah atau sayuran
  2. Hasil penggorengan lebih renyah
  3. Aroma tidak berubah
  4. Kandungan serat tinggi
  5. Lebih tahan lama meskipun tanpa bahan pengawet
Prinsip Kerja Vaccum Fryer (Penggorengan Vakum)
Minyak dipanaskan maksimal suhu sekitar 100 0C. Sementara itu tekanan udara diturunkan di bawah 76 cmHg dengan pompa vakum yang bekerja dengan prinsip venturimeter sehingga menurunkan titik didih air sampai 50°C-60°C.
Komponen Vaccum Fryer (Penggorengan Vakum) Dan Fungsinya
Vaccum Frying memiliki beberapa komponen-komponen yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang terlihat pada Gambar 1.


15



1.
Sumber panas
8.
Kondensor
2.
Tabung penggoreng
9.
Saluran hisap uap air
3.
Tuas pengaduk
10.
Water-jet
4.
Pengendali operasi
11.
Pompa sirkulasi
5.
Penampung kondensat
12.
Saluran air pendingin
6.
Pengukur vakum
13.
Bak air sirkulasi
7.
Keranjang penampung bahan
14.
Spinner

Gambar 1. Vaccum Fryer (Penggorengan Vakum)

Fungsi Komponen-Komponen Vaccum Fryer (Penggorengan Vakum)
  • Pompa Vakum (Saluran hisap uap air, water-jet, pompa sirkulasi, saluran air pendingin dan pengukur vakum). Pompa tidak menggunakan menggunakan element bergerak. Penghisapan menggunakan fluida pendorong yang bekrja dengan prinsip venturimeter. Fluida pendorong dapat berupa air, uap air dan gas takan tinggi yang dilewatkan pada nosel. Energi tekan nosel diubah menjadi energi gerak. Tingginya kecepatan akan menghasilkan hisapan diujung nosel tempat memancarnya fluida. Injektor yang menggunakan air sebagai fluida penggerak disebut dengan water jet.
  • Ruang Penggoreng (Tabung penggoreng, tuas pengaduk, keranjang penampung bahan). Bagian ini adalah tempat pemanasan minyak yang dapt dilengkapi dengan keranjang untuk pengangkat dan pencelup bahan yang digoreng.
  • Kondensor (kondensor dan penampung kondensat). Bagian ini untuk digunakan untuk mengembunkan uap air. Bahan pendingin kondensor adalah air yang berasal dari sirkulasi penggerak water jet.
  • Pengendali operasi. Bagain ini untuk mengendalikan suhu dan tekanan operasi.
  • Pemanas (sumber panas. Bagian ini berfungsi untuk memanaskan minyak. Untuk industri kecil sebaiknya menggunakan gas sebagai bahan bakar pemanas.
  • Spinner. Alat untuk memeras minyak yang masih terkandung pada bahan pangan yang dihasilkan dengan prinsip spin.




2. Pengenalan Vaccum Packaging  (Pengemasan Vakum)
Packing Vacuum adalah metode untuk menyimpan makanan dan menyajikannya untuk dijual. tepat jenis makanan disimpan dalam lingkungan pengap, biasanya dalam paket udara-ketat atau botol untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Lingkungan vakum menghilangkan oksigen atmosfer, melindungi makanan dari merusak dengan membatasi pertumbuhan bakteri aerobik atau jamur, dan mencegah penguapan komponen volatile. Vacuum kemasan ini biasanya digunakan untuk penyimpanan jangka panjang dari makanan kering seperti sereal, kacang-kacangan, sembuh daging, keju, ikan asap, kopi, dan keripik kentang (keripik). Hal ini juga untuk penyimpanan makanan segar seperti sayuran, daging, dan cairan seperti sup dalam jangka pendek karena kondisi vakum tidak dapat menghentikan bakteri dari mendapatkan air yang dapat mendorong pertumbuhan mereka. makanan kemasan Vacuum dapat memperpanjang hidupnya hingga 3-5 kali.

reaksi P2O5 (Kimia dan Kesuburan Tanah)

Rabu, 04 Mei 2011

 I.      PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Fosfor adalah salah satu unsur hara makro sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun kandungannya lebih rendah dibandingkan nitrogen, kalium,dan kalsium. Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- yang terdapat dalam tanah. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7) bentuk HPO42- lebih dominan. Disamping ion – ion tersebut, tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin dan fostohumat
Fosfor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel tanaman. Jika tanaman kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan .
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu P- organik dan P-anorganik. Gejala kekurangan fosfor bagi tanaman pertumbuhan kerdil (pembelahan sel terhambat), daun-daun menjadi unggu atau coklat mulai dari ujung daun, pembentukan buah tidak sempurna.
 Tanah yang kekurangan zat fospor jelek juga akibatnya bagi tanaman. Gejala yang nampak ialah warna daun seluruhnya berubah mmenjadi kelewat tua, dan sering nampak mengkiliap kemerahan. Pada tepi daun cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalau tanamannya kelak berbuah, maka buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas pula matang. Pada tanah serupa ini perlu dipupuk dengan pupuk yang mengandung unsur fospor (P). Kalau tidak maka tanaman yang ditanam pada tanah ini tetap bernasib jelek.
Tanah Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah yang beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya bergam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Memiliki sifat kimia dan fisika yang relatif baik
Berdasarkan uraian di atas, maka pelaksanaan praktikum mengenai reaksi P2O5 perlu dilakukan agar kebutuhan P pada tanaman dapat diketahui.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum penentuan P2O5 tanah bertujuan untuk mengetahui tingkat ketersediaan P pada tanah Alfisol dan faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum P2O5 tanah yaitu sebagai acuan atau informasi untuk mengetahui kandungan unsur hara P yang terjadi pada berbagai jenis tanah khususnya tanah Alfisol.


II.      TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Alfisol Terhadap Kandungan P2O5

Fosfor pada tanaman berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan dan pematangan buah, perkembangan akar, tahan terhadap penyakit dan lain-lain. Gejala kekurangan fosfor (P) dapat menyebabakan pertumbuhan tanaman kerdil karena pembelahan sel terganggu, daun-daun tidak sempurna serta mudah terserang penyakit. Kekurangan Pdalam tanah dapat disebakan oleh jumlah P yang sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diamabil oleh tanaman, dan terjadi pengikatan (fiksasai) oleh Al pada tanah masam atau oleh Ca pada tanah alkalis (Hakim, dkk., 1986).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap oleh tanaman adalah firofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organic, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi da dekomposisi bahan organik yang langsung diserap oleh tanaman (Anonim, 2010).
Tanah Alfisol memiliki pH yang berubah dengan meningkatnya kedalaman dengan cenderung lebih tinggi pada bagian bawah profil dan pada sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke suatu zona karbonat bebas dengan pH 8,0 atau lebih tinggi. Hal ini menyebabkan berubahnya mobilitas elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan. Koloid ini akan bergerak lambat pada pH yang lebih tinggi dibanding di bagian atas horizon B yang secara umum mempunyai pH sangat rendah (Lopulisa, 2004).

2.2. Pengaruh Ketersediaan Posfor
Fosfor secara sederhana disebut sebagai P2O5 yang diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat sehingga kemudian berpengaruh terhadap banyak hal antara lain berhubungan dengan pH  tanah, adanya Al, Fe, dan Ca larut, serta bahan organik dalam tanah. Berikut kriteria kriteria P2O5 dalam tanah (Hakim, dkk., 1986) :

Kriteria P2O5

Reaksi Tanah (pH)
Kriteria KTK
< 5
Sangat Rendah
< 5
 5 - 16
Rendah
 5 - 16
 17 - 24
Sedang
 17 - 24
 25 - 40
Tinggi
 25 - 40
 > 40
Sangat Tinggi
 > 40
Sumber : Laboratorium Kimia Tanah, UNHAS, 2010.
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersedfiaan fosfor diantaranya pH tanah, besi dan aluminium yang dapat larut, terdapatnya mineral yang mengandung besi, aluminium dan mangan, kalsium tersedia dan mineral kalsium, jumlah dekomposisi bahan organic dan kegiatan mikroorganisme (Buckman dan Brady, 1982)
Fosfor memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman karena tidak semua fosfor dalam tanah tersedia untuk tanaman. Dalam hal ini unsure fosfor sangat bergantung pada sifat dan cirri tanah serta pengelolaan tanah itu sendiri oleh manusia. Disamping itu pertambahan fosfor kedalam tanah tidak terjadi dengan pengikatan biokimia sepertihalnya nitrogen, tetapi hanya bersumber dari deposit batuan dan mineral yang mengandung fosfor di dalam tanah. Oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya (Tan, 1991).

2.3. Hubungan P Terhadap Kesuburan Tanah    

Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan sekunder (H2PO4- atau HPO4-). Bentuk P  lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat  dan metafosfat, dan P-organik hasil dekomposisi bahan organic seperti fosfolipid, asam nukleat dan  phytin (Sarief, 1986).
Mikroorganisme sangat memiliki peran penting dalam terciptanya fosfor. Senyawa P organik diubah dan dimeneralisasi menjadi senyawa organik. Dari sifat unsur P sebagai bahan organik maka unsur ini memiliki peranan uang sangat essensial dalam kesuburan tanah dimana asupan nutrisi dari bahan organik sangan membentu menaikkan kadar unsur hara tanah dalam mencapai intensitas kesuburan yang optimal (Buckman dan Brady, 1982).
Kebanyakan pupuk P berbentuk ortofosfat (PO4-3),bentuk lainnya yang lebih jarang adalah metafosfat (PO3-) dan pirofosfat (P2O7 -4).Kedua bentuk yang terakhir akan berubah menjadi ortofosfat,apabila mereka diberikan kedalam tanah.Dua jenis pupuk P yang sering digunakan  adalah TSP (Superfosfat Tunggal) dan SP-36 (Superfosfat 36).Ca(H2PO4)2 . H2O dan (NH4)2HPO4 sendiri sebenarnya mempunyai kelarutan di dalam air yang cukup tinggi.Tetapi,oleh karena kapasitas fiksasi tanah jauh lebih besar,jarak yang ditempuh oleh difusi fosfor,sebelum akhirnya mereka mengendap,hanya beberapa millimeter saja.Pemupukan fosfor yang berulang-ulang jelas mengakibatkan penyebab heterogen.Pengolahan tanah yang sifatnya mekanislah yang dapat membuat mereka merata di dalam tanah (Indranada,H.K,1994)


                           III.   METODE PERCOBAAN
3.1    Waktu dan Tempat

Praktikum penentuan P2O5 ini  dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar Berlangsung  pada  Jum’at 15 Oktober 2010 pukul 14.00 WITA sampai selesai.

3.2    Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah botol polyethilen, timbangan, pipet skala, gelas ukur, spektrofotometer, tabung reaksi,kertas saring, rak tabung dan corong.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum penentuan P2O5 adalah tanah Alfisol dengan berat 0,5 gr, tissue roll dan larutan arsen.

3.3.   Prosedur Kerja

            Adapun prosedur kerja dari penentuan P2O5 adalah
1.      Menimbang 5 gram sampel tanah Alfisol
2.      Memasukkan  5 gram sampel tanah  Alfisol ke dalam botol polyethilen
3.      Menambahkan 12,5 ml larutan arsen
4.      Mengocok larutan tanah dalam botol polyethilen selama 30 menit
5.      Menuangkan larutan yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi dengan bantuan saringan kertas dan corong.
6.      Mengamati di spektrofometer dengan panjang gelombang 625-630.



IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan hasil praktikum P2O5 tanah yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut :
Table hasil uji P2O5 pada tanah Alfisol
Jenis Tanah
Nilai P2O5
Kriteria
Tanah Alfisol
12,83
Tinggi
Sumber : Data primer, 2010

4.2  Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran P2Opada tanah  Alfisol maka di diperoleh nilai 12,83 dengan kriteria tinggi. Hal ini disebabkan pada perlakuan tidak ditambahkan kapur sama sekali sehingga nilai pH tanahnya tidak meningkat. Dimana kita ketahui bahwa pH tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tersedianya unsur P dalam tanah, pH yang rendah menyebabkan ketersediaan unsur P meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982) yang menyatakan bahwa kemasaman suatu tanah sangat mempengaruhi ketersediaan P, sehingga cukup untuk tanah dan tanaman.
            Dan juga hal ini disebabkan karena tanah masih dalam keadaan masam dengan pH yang rendah dan belum mendapat perlakuan berupa pengapuran sehingga kadar P dalam tanah meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk., (1986) yang menyatakan bahwa tanah yang memiliki pH yang rendah dapat menyebabkan ketersediaan P menjadi meningkat.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1     Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di laboratorium, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pada tanah Alfisol diperoleh kriteria P2O5 yaitu sangat rendah dengan nilai 12,83.
2.      Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi P2O5 yaitu pH tanah, tanah yang memiliki kemasaman yang rendah akan mengandung unsur P yang tinggi sedangkan tanah yang memiliki kemasaman yang tinggi akan mengandung unsur P yang rendah.
5.2       Saran
Sebaiknya untuk menstimulir pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman di dalam metabolisme sel harus diberikan pupuk yang mengandung fosfor agar tidak terjadi defisiensi P dan untuk meningkatkan kesuburan tanah.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, P2O5 pada tanah Alfisol. Diakses pada hari Selasa, 19 Oktober 2010. Makassar.

Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Hakim. N, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G Nugroho, M.R. Saul, M.H. Diha, G.B.   Hong, H.H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Lopulisa, C. 2004., Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar.

Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Tan, K.H. 1991. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.















PERMEABILITAS DINDING SEL


PENDAHULUAN
 

1.1 Latar Belakang

Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport.
Permeabilitas dinding sel tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi permeabilitas membran.
Berdasarkan uraian diatas maka dianggap perlu dilakukan praktikum mengenai permeabilitas dinding sel.

1.2  Tujuan Praktikum
     Tujuan praktikum tentang Permeabilitas Dinding Sel untuk mengetahui tingkat

1.3  Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam laporan ini adalah :
1.      Bagaimana mendapatkan volume buah dan sayuran
2.      Bagaimana tingkat penyerapan air oleh sel pada buah


TINJAUAN PUSTAKA
Setiap sel memiliki keistimewaan, antara lain memiliki membran yang merupakan batas dari sel dan bagian internalnya yang bervariasi. Membran sel beperan dalam menetapkan batas-batas dari sel, sebagai tempat terjadinya fungsi-fungsi khusus, berisi protein transport yang menyediakan dan mengatur pergerakan substansi-subtansi yang masuk ke dan keluar dari sel dan bagian-bagiannya, mengandung reseptor yang diperlukan untuk mendeteksi sinyal-sinyal eksternal dan melakukan suatu mekanisme untuk komunikasi sel (Becker, dkk., 2000).
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel. Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula) (Anonima).
Dinding sel terletak pada bagian luar membran sel dan merupakan suatu eksoskeleton yang berperan untuk memberi bentuk pada sel, melindungi, sekaligus sebagai penyokong mekanik. Dinding sel, juga berperan dalam memelihara keseimbangan tekanan osmosis antara cairan intraseluler dan kecenderungan air untuk memasuki sel
Membran sel bersifat permeabel terhadap ion dan molekul polar spesifik. Substansi hidrofilik menghindari kontak dengan bilayer lipid dengan lewat melalui protein transpor yang merintangi membran. Sejumlah protein transpor berfungsi karena memiliki saluran hidrofilik yang digunakan oleh molekul tertentu sebagai saluran untuk melewati membran. Protein transpor lain mengikat senyawa yang dibawa dan secara fisik menggerakkannya melintasi membran. Dengan demikian, permeabilitas selektif membran tergantung pada rintangan pembeda pada bilayer lipid maupun protein transpor spesifik yang ada di dalam membran (Campbell, dkk., 2000).
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid (Bima. 2008).
Terdapat sekitar 50% lipid dari massa membran plasma sel kebanyakan hewan dan hampir seluruh sisanya adalah protein. Membran plasma memiliki peran sebagai membran yang selektive permeabel. Emmbran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengan mudah daripada substansi yang lain. Permeabilitas membrane tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Keadaan lingkungan juga mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu larutan (Bima, 2008).
Dinding sel itu tipis, berlapis-lapis, dan pada tahap awalnya lentur. Lapisan dasar yang terbentuk pada saat pembelahan sel terutama adalah pektin, zat yang membuat agar-agar mengental. Lapisan inilah yang merekatkan sel-sel yang berdekatan. Setelah pembelahan sel, tiap belahan baru membentuk dinding dalam dari serat selulosa. Dinding ini terentang selama sel tumbuh serta menjadi tebal dan kaku setelah tumbuhan dewasa.
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport (Bima, 2008).
Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dia dapat mengalir / merembes dalam sel. Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan ukuran pori Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton.
Penampang melintang dari bilayer lipid memperlihatkan bahwa molekul-molekul lipid memiliki sebuah kepala globular (polar) dan sebuah daerah ekor (non-polar). Setiap baris lipid adalah lembaran. Karenanya, membran plasma terdiri dari dua lembaran dengan bagian ion-polar mengarah ke dalam (utmb, 2008).



III. METODE PRAKTIKUM
3.1       Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum “Permeabilitas Dinding Sel” pada hari rabu tanggal 27 April 2011 pukul 15.00 – 17.00 WITA.
Praktikum Fisiologi Pascapanen ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Pascapanen yaitu, Timbangan, gelas kimia, cutter, dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Pascapanen yaitu pisang (Musa spp.) dan air.

Pelilinan


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di sekitar kita banyak sayur dan buah yang segar dengan warna-warna yang cantik. Dari warna itu ternyata bukan sekadar penghias saja, tapi juga menyiratkan kandungan nutrisinya. Menurut ahli nutrisi Marsuzi Iskandar dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, warna pada sayuran mengisyaratkan kandungannya. Zat aktif yang penting dalam sayur dan buah adalah fitokimia atau kelompok gizi pada tanaman dan flavonoid, senyawa antioksidan.
Kehilangan air dari produk hortikultura saat berada pohon tidak masalah karena masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh tanaman. Berbeda dengan produk yang telah dipanen kehilangan air tersebut tidak dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya. Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan sehinga menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut.
Pelilinan selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah susut bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Lilin ( wax ) yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh.
Kemunduran kualitas dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali.
Pemanfaatan pelilinan pada buah yang baru di panen. Biasanya dilakukan pada pedagang buah atau untuk buah Ekspor / Impor. Khusus Ekspor / Impor, buah hasil panen terdahulu itu kemungkinan besar diawetkan terlebih dulu sebelum dikirim ke negara tujuan. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, mangga dll.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan praktikum untuk melihat peranan lilin dalam menghambat proses pematangan pada buah pisang

1.2 Tujuan Praktikum
        Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui tingkat kemasakan buah dengan dilakukan  pelilinan pada buah pisang.

1.3  Rumusan Masalah
            Adapun perumusan masalah dalam laporan ini adalah :
1.    Apakah perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh pada umur simpan buah
2.    Bagaimana pengaruh tingkat kemasakan buah yang diberikan beberapa perlakuan pada buah pisang.

TINJAUAN PUSTAKA

Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981). Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah (Bernett, 1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik (Dalal, 1991).
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali. Yang paling dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi lilin sehingga pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang sangat berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan banyak penyakit diantaranya kanker, leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll. Prosedur yang benar sebelum buah-buahan itu di proses pelilinan harus diguyur dengan aliran air, pestisidanya akan rontok (Csiro, 1972)
Sebelum pelilinan, buah-buahan dicuci bersih dengan busa lembut untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan kulit, kemudian ditiriskan hingga kering. Teknik yang paling popular atau komersial adalah penyemprotan atau dicelupkan. Setelah pelilinan, buah ditiriskan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Pelilinan biasanya dibarengi dengan penyimpanan suhu rendah untuk memperpanjang daya simpan (Anonima, 2011)
Perlakuan terhadap buah yang diberi lapisan lilin sebelum di konsumsi harus dicuci dengan menggunakan sabun. Tanpa sabun, mustahil lapisan minyak pada lilin pelapis bisa luntur. Setelah dicuci bersih, buah harus dikeringkan. Jika sudah kering, simpanlah di lemari pendingin. Bungkuslah buah dalam plastik dengan porsi sesuai kebutuhan. Plastik penyimpan sebaiknya tidak sering dibuka tutup, sehingga buah akan segar lebih lama (Anonima, 2011)
Pengawetan makanan/minuman umumnya & buah khususnya harus memenuhi standart yang diijinkan sehingga tidak akan mengganggu kesehatan, karena pengawetan yang standart akan terurai/larut terbuang sewaktu kita buang air besar/kecil (Anonima, 2011)
Pembentukan etilen tergantung adanya O2 dalam keadaan an aerobik, tidak terjadi pembentukan etilen. Etilen terdapat dalam ruang-ruang interselular dalam jumlah yang cukup banyak pada saat timbulnya kenaikan respirasi. Adanya etilen ini dapat diperiksa dengan menggunakan alat gas khormatografi
(Anonima, 2011)
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975). Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan
(Anonima, 2011)
Bertambahnya konsentrasi etilen menghasilkan cepatnya timbul respirasi pada buah-buahan klimakterik dan bertambahnya intensitas respirasi pada buah-buahan non klimakterik. Suatu percobaan tentang peranan ethylene dalam proses pematangan buah telah dilakukan sebagai berikut : Buah pisang yang masih hijau disimpan dalam ruang hampa dengan tekanan 0,2 atmosfer. Selama 3 bulan ternyata buah pisang tetap masih hijau. Kemudian setelah berangsur-angsur dimasukan etilen keruangan tersebut warna pisang berubah menjadi kuning, buah menjadi matang.
Asetilen dapat diproduksi dari kalsium karbida yang secara komersil banyak digunakan pada proses pematangan pisang, tomat, jeruk dan lain-lain. Asetilen ini banyak memiliki pengaruh serupa dengan etilen namun aktivitasnya jauh lebih rendah. Alpokat paling banyak dan paling lama membutuhkan perlakuan penambahan etilen. Pepaya dapat mencapai matang penuh tanpa penambahan etilen dan lama perlakuannya, hanya saja suhunya berbeda-beda.
Menurut Anonima (2011), pelapisan lilin merupakan usaha penundaan kematangan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk hortikultura. Pemberian lapisan lilin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran, mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan kecil pada buah. Pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan merupakan fungisida yang aman untuk digunakan (Juran, 1971). Menurut Chiang (1973) dan Eckert (1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi pada buah sehingga proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate sangat efektif menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses respirasi berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna berjalan lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat dipertahankan karena proses oksidasi (Anonimc, 2011).

III. METODE PRAKTIKUM
3.1       Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Fisiologi Pascapanen (Pelilinan) Rabu  tanggal 27 April 2011 pukul 15.00 – selesai.
Praktikum Fisiologi Pascapanen ini dilaksanakan di Laboratorium 1 Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Pascapanen yaitu timbangan, gelas kimia, dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Pascapanen yaitu pisang (Musa spp.) dan air.

3.3       Prosedur Percobaan
            Adapun prosedur percobaan Kerapatan jaringan antara lain :
1.      Mempersiapkan alat dan bahan
2.      Pisang disiapkan 4 buah dan ditimbang berat awalnya.
3.      Kemudian pisang pertama sebagai kontrol, pisang II diberi selotip, pisang III diberi lilin dan pisang IV diberi lilin dan selotip.
4.      Setelah diberi perlakuan, timbang berat akhirnya.
5.      Setelah itu simpan selama 4 hari dalam suhu kamar
6.      Dan timbang lagi beratnya
7.      Catat hasil yang diperoleh.

IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1       Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh :
Komoditi
Perlakuan
Berat awal
Berat akhir (4hari)


Pisang
I.                   Kontrol
125 gram
120 gram
II.                Selotip
135 gram
135 gram
III.             Lilin
141 gram
141 gram
IV.             Lilin + Selotip
130 gram
130 gram
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011
4.2       Pembahasan
Berdasarkan perlakuan yang dilakukan, diperoleh  pada perlakuan kontrol terjadi penurunan berat yang diakibatkan proses pemasakan buah tidak terhambat. Berbeda dengan perlakuan II, III dan IV tidak terjadi perubahan berat buah, dikarenakan adanya perlakuan selotip dan pelilinan yang diberikan yang dapat menunda proses pemasakan buah, hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2011). Pelilinan tergolong suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya. Menurut Anonima (2011) bahwa pelapisan lilin terhadap buah dan sayuran berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi. Dengan kata lain pelapisan dapat menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan sayuran segar, dapat mengurangi kerusakan pasca panen akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama.
Perlakuan pelilinan pada buah dapat mencegah/menghambat tingkat respirasi pada buah yang menyebabkan umur simpan buah makin lama, hal ini sesuai dengan pendapat Anonimb (2011) yang menyatakan pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen
Pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan merupakan fungisida yang aman untuk digunakan (Csiro, 1972). Menurut Chiang (1973) dan Eckert (1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi pada buah sehingga proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate sangat efektif menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses respirasi berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna berjalan lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat dipertahankan karena proses oksidasi.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Csiro, 1972). Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Anonimc,2011).
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1.      Pada perlakuan yang diberikan terdapat perubahan yang terjadi pada pemasakan buah, pada kontrol tingkat pemasakan buah lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lainnnya
2.      Perlakuan pelilinan pada buah dapat mencegah/menghambat tingkat respirasi pada buah yang menyebabkan umur simpan buah makin lama
3.      permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya

5.2 Saran
Dalam percobaan yang dilakukan sebaiknya masing-masing praktikan diberi kesempatan untuk melakukan langkah demi langkah percobaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2011. Pelilinan. http://www.rileks.com/lifestyle/trendz/tips/23661-bahaya-lilin-dibalik-segarnya-buah.html. Diakses pada tanggal 29 April 2011.

Anonimb, 2011. Proses Pelilinan Pada Produk Hortikultura http://www.sendokgarpu.com/pelilinan-pisang. Diakseskan pada tanggal 3 Mei 2011.


Anonimc, 2011. Proses Pelilinan (Waxing). http://id.wikipedia.org/wiki/pelilinan-hortikultura. Diakseskan pada tanggal 3 Mei 2011.

Csiro, 1972.  Banana Ripening Guide.  Division of Food Research Circular 8. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Australia.

Dalal, V.B., Eipeson, W.E. and Singh, N.S., 1991. Wax Emultion for Fresh Fruits and Vegetables to Extend Their Storage Life. Ind. Fd. Packer 25 (5).

welcome

Browse