Laporan Praktikum

Sabtu, 12 Februari 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri sedang menurun dengan sangat besar. Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya  semakin besar. Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
Dengan produksi rata-rata 2,5 juta ton beras per tahun, telah menempatkan Sulsel sebagai daerah penyangga pangan nasional terbesar kedua setelah Jawa Timur. Areal pertanian yang dimiliki provinsi ini cukup besar, yaitu mencapai 1.411.446 ha, yang terbagi dalam lahan persawahan seluas 550.127 ha, dan lahan kering seluas 861.319 ha. Dari luas persawahan tersebut, yang beririgasi teknis mencapai 26,60 persen, irigasi setengah teknis 9,24 persen, irigasi sederhana 10,11 persen, irigasi Desa/Non PU 13,12 persen, tadah hujan 40,71 persen, dan Rawa Non Pasang Surut 0,22 persen. ( anonim, 2010 ).
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan pangan beras menimbulkan masalah kerawanan pangan. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan upaya diversifikasi. Diversifikasi bahan pangan pokok perlu dikembangkan dengan memanfaatkan bahan pangan alternatif antara lain jagung, singkong, dan ubi jalar. Ketiga komoditas ini di anjurkan untuk dikembangkan mempertimbangkan bahan tersebut telah banyak dikenal masyarakat, bergizi tinggi serta memiliki produktivitas yang tinggi. Volume produksi ke tiga komoditas tersebut berpeluang untuk ditingkatkan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lahan marginal yang kurang sesuai untuk ditanami padi. Sejauh ini masyarakat masih merasa enggan untuk mengkonsumsi bahan pangan alternatif karena kesulitan dalam teknik penyimpanan, pengolahan serta dianggap kurang menarik dan bergengsi. Upaya peningkatan produk-produk tersebut menjadi bahan pangan pokok olahan yang praktis dan menarik perlu diusahakan dengan memanfaatkan teknologi pangan modern.
Peluang pengembangan wijen sangat terbuka. Permintaan dunia terhadap kebutuhan wijen sangat tinggi. Indonesia sendiri sejak tahun 1988 mengimpor wijen. Produk wijen mempunyai kelebihan yang kompetitif, seperti minyak wijen yang mengantung antioksidan sehingga mempunyai daya simpan tinggi. Antioksidan wijen juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami dan carier obat suntik. Wijen juga dijuluki sebagai “The Queen of the Oilseed Crop”. Wijen dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan Indonesia.  Kebutuhan akan gandum di Indonesia relatif besar yang selama  ini hampir seluruhnya dipenuhi oleh impor. Dalam kondisi  perekonomian saat ini serta nilai tukar rupiah yang rendah,  pemenuhan kebutuhan gandum dalam negeri melalui impor sangat memberatkan Dampak kenaikan harga gandum telah berdampak luas  khusus-nya pada industri yang menggunakan bahan-baku gandum.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pertmbuhan tanaman sorgum, gandum, wijen, dan juwawut pada olah tanah konvesional dan olah tanah minimum.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dan pembelajaran terhadap mahasiswa(i) tentang karakteristik dan pertumbuhan tanaman sorgum, gandum, wijen, dan juwawut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Sorgum (Sorghum spp.)
II. 1.1 Klasifikasi
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Famili              : Poaceae
Ordo                :  Poales
Genus              : Sorghum L.
Spesies            : (Sorghum spp.)
II. 1.2  Deskripsi
v  Asal usul tanaman
Menurut sejarah, tanaman sorgum berasal dari benua Afrika dan nenek moyang tanaman ini adalah sejenis rumput-rumputan dengan nama latin Andropogon halepensis atau di jawa dikenal sebagai rumput glagah rayung. ( rukmana dan oesman, 2001 ).
v  Secara Mofologi
            Menurut Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat pair fang dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg - 50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
- sorgum biji kecil (8 - 10 mg)
- sorgum biji sedang ( 1 2 - 24 mg)
- sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warm biji ini, biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
       Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
1.      Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
2.      Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal 
       yang terdiri atas ruas-ruas
3.      Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
4.      Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir 
       sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
II. 1.3 Tipe Perkecambahan dan penyerbukan
Tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorgum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami. (anonima, 2010 )
II. 1.4  Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
·         Iklim
            Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C - 30° C dengan kelembaban relatif 20 - 40 %.  Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dpl. dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan  yang diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 )
·         Tanah
Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salinitas tinggi (garam). (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 )
·         Ekologi
            Sorgum  dapat beradaptasi pada kisaran kondisi ekologi yang luas dan dapat berproduksi pada kondisi yang kurang sesuai bila dibandingkan dengan tanaman serealia yang lainnya. Sorgum dapat bertoleransi pada keadaan yang panas dan kering, tetapi juga dapat tumbuh pada daerah yang bercurah hujan tinggi atau tempat-tempat yang bergenang. Keadaan lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan sorgum adalah sebagai berikut: 
Dengan penyebaran hari hujan yang teratur terutama pada saat tanaman berumur 4 - 5 minggu yaitu pada saat perkembangan perakaran sampai pada akhir per tumbuhan vegetatifnya, sorgum tergolong tahan terhadap kekeringan karena:
a)      Bagian tanaman di atas permukaan tanah tumbuh lambat sampai sistem perakaran sudah kokoh.
b)      Sorgum membentuk akar-akar sekunder dua kali.
c)      Luas permukaan daun  tanaman sorgum hanya setengah dari daun tanaman jagung. 
·         Varietas
      Ada beberapa varietas yang dibudidayakan di Indodesia yaitu UPCA, Malang, No 26, Birdproof No 65, Katengu No 183, Pretoria No 184, Cempaka, Numbu, dan Kawali. (Dirjen Bina  Produksi Tanaman Pangan 2003).
II. 1.5 Kandungan Gizi
            Kandungan gizi sorgum/ 100g yaitu unsur nutrisi kalori  332 cal, protein 11,0 g, lemak 3,3 g, kalsium 28,0 mg, besi 4,4 mg, pospor 287 mg, dan vit.B1 0,38 mg (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI 1992).
II. 2 Gandum (Triticum spp.)
II. 2. 1 Klasifikasi
Kerajaan          : Plantae                                             
Divisi               : Magnoliophyta                                 
Kelas               : Liliopsida                                         
Ordo                : Poales                                              
Famili              : Poaceae                                           
Genus              : Triticum L.                           
Spesies            : Triticum spp.

II. 2. 2 Deskripsi                               
v  Asala Usul Tanaman
Masyarakat prasejarah sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM.  ( anonimb, 2010).
v  Secara Mofologi
Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. (Anonimc, 2010).
II.2.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
            Tipe perkecambahan pada tanaman gandum adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Sedangkan penyerbukannya dilakukan dengan bantuan angin (Anemogami) (anonimd, 2010).
II.2.4  Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
·         Iklim
            Tanaman gandum tumbuh baik pada ketinggian  > 800 m dpl, curah hujan 254 mm sampai 762 mm/tahun, dan suhu optimum 20 – 25oC.
·         Tanah
            Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman gandum yaitu andosol, regosol kelabu, latosol dan alluvial dengan pH tanah berkisar antara 6 – 7, tidak ada zat toksit, kelembaban mendekati kapasitas lapang, dan suhu tanah rata –  rata  berkisar 15 – 28o C.(anonime,2010).
2. 2. 5 Varietas
.2.2.5 Kandungan Gizi
            Kandungan gizi gandum /100 g yaitu unsur energy 360 kcal, karbohidrat 51,8 g, lemak 9,72 g, protein 23, 15 g, kalsium 39 mg, besii 6,26 mg, magnesium 239 mg, fosfor 842 mg, kalium 892 mg, seng 12,29 mg, mangan 13,301 mg, dan vitamin B6 1,3 mg. (direktorat gizi, Depkes RI 1992).



II. 3 Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.)
II. 3. 1 Klasifikasi
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Spermatophyta.
Sub-divisi        : Angiospermae.
Class                : Dicotyledoneae.
Ordo                : Solanales (Tubiflorae)
Famili              : Pedaliaceae.
Genus              :  Sesamum.
Spesies            :  Sesamum indicum
II. 3. 2 Deskripsi
v  Asal Usul Tanaman
Wijen merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon berbatang lunak musiman yang berasal dari Asia Tengah, tepatnya India di Punjab dan Kashmir, Afghanistan serta Tajikistan. Namun ada pula yang berpendapat bahwa wijen adalah tanaman asli daerah tropis di kawasan Asia dan Afrika. Pusat penyebaran wijen adalah negara-negara beriklim tropis terutama Thailand, Vietnam, Cina dan Hongkong yang membudidayakannya dengan intensif. Di Indonesia, wijen juga dinamakan walir (Jawa Barat), Lenga (Bali, Gorontalo,Batak), Lena (Seram dan Roti), Langan (Ujung Pandang), Ringa (Bima), Longa (Nias). Wijen termasuk salah satu tanaman yang pertama kali diambil bijinya untuk dijadikan minyak dan penyedap makanan. Dalam bahasa Tamil, ennai berarti minyak. (Ochse et at. (1961)
v  Secara Mofologi
Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar cabang yang sering bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara dari tanah. Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi bervariasi dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu pada tanaman yang telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang. Bunga tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil. Melalui pemuliaan, sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang penting, berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah apokat, kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot 1000 biji 2-6 g. (Weiss, 1971).



II.3.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
Tipe perkecambahan pada tanaman wijen adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Tanaman wijen tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami. Penyerbukan dapat juga terjadi oleh serangga, tetapi tidak pernah terjadi penyerbukan oleh angin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada persilangan buatan tanaman wijen adalah:
1. Harus diketahui periode berbunga tetua yang akan disilangkan, sehingga dapat diatur waktu tanamnya. Periode berbunga tanaman wijen berkisar antara umur 24 sampai dengan 62 hari.
2.  Waktu masaknya organ generatif, untuk menentukan saat melakukan emaskulasi dan persilangan. Bunga wijen mekar pada pagi hari dan layu mulai tengah hari sampai sore hari. Kepala putik menjadi dewasa dan siap diserbuki sehari sebelum bunga mekar. Keadaan tersebut bertahan sampai satu hari berikutnya. Kepala sari membuka dan mengeluarkan tepung sari setelah bunga mekar
II.3.4  Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
            Tanaman wijen tumbuh didaerah tropis antara 35o LS dan 40o LS Ketinggian antara 1-1.250 meter diatas permukaan laut. Suhu optimal untuk produksi tinggi 25–27o C. Curah hujan 400-600 mm. Curah hujan kurang 300 mm atau lebih dari 1.000 mm akan sangat mengganggu pertumbuhan. Idealnya wijen ditanam pada wilayah kering dengan bulan basah maksimal 3 bulan. Jenis tanah berpasir sampai lempung dengan pH tanah optimum pada kisaran 5,5 – 8,0 (anonimf,2010).
II. 3. 5. Varietas
            Sesamum alalum, Sesamum. angolense,  Sesamum angustifolium, Sesamum indicum,, Sesamum laciniatum, Sesamum latifolium, Sesamum occidentale, Sesamum  protratum , Sesamum radiatum , Sesamum schenkii. (van-Rheenen, 1981).
II. 3. 6 Kandungan Gizi
            Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan ternak. (anonimg,2010).
II. 4 Juwawut
II. 4. 1  Klasifikasi
Secara umum tanaman klasifikasi tanaman jewawut adalah sebagai berikut Regnum : Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida, Ordo : Poales , Famili : Poaceae, Genus : Setaria, Spesies : Setaria italica
II. 4. 2 Deskripsi
v  Asal Usul Tanaman
Juwawut (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil (milet) yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur.
Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 6000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya biji-bijian yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium kedua sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai "milet Italia".
v  Secara Mofologi
Jewawut mempunyai sistem akar khas Graminae. Biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman jewawut telah mengjasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan sebagai pendukung pertumbuhan tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Batang tanaman jewawut tegak, beruas-beruas, lampai, dan menyisip dari tunas terbawah. Daun jewawut termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helaian daun saja. Helaian daun ini berbentuk pita/melancip dengan tulang daun sejajar. Permukaan daun kasar karena memiliki bulu halus dan rapat. Daun berseling dan sejajar, tersusun dalam dua baris berhadapan atau searah. 
Jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman ini termasuk hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril sedangkan bunga atas hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Leonard dan Martin, 1988).
Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji jewawut terdiri dari perikarp, endosperma dan embrio. Biji bulat telur,, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam.
 II.4.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
 Jewawut merupakan tanaman monokotil yang memiliki tipe perkecambahan hypogeal. Dimana terjadi pemanjangan epikoti sehingga plumula menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah. Penyerbukan  yang dilakukan ialah penyerbukan sendiri. Namun dapat juga dibantu oleh angin. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman sehingga proses penyerbukannya tergolong penyerbukan sendiri (Anonimh, 2010 )

II.4.4  Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
 Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnyam 3-4 bulan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama. Di daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh pada daerah semi kering sampai ketinggian 2000 m dpl. Tanaman ini menyukai lahan subur dan dapt tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, dan bahkan tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Sedangkan pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8. (Grubben dan Partohardjono, 1996).
II. 4. 5 Varietas
Pearl millet ( Pennisetum glaucum ),  Foxtail millet ( Setaria italica ) Proso millet (Panicum miliaceum),  Finger millet ( Eleusine coracana ) ( anonimi. 2010 )
II. 4. 6 Kandungan Gizi
Kandungan  gizi jewawut (setaria italica) yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14. ( Widyaningsih dan Mutholib, 1999 ).



 DAFTAR PUSTAKA
anonim.2010, wijen. diakses dari http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.  cgi? newsid1093402541,40984, pada  tanggal 20 desember 2010

Anonima, 2010. Gandum. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ditjentan/ admin/rb/Gandum.pdf, pada tanggal 20 desember 2010.

Anonimb,2010. Sorgum. Diakses dari http://www.deptan.go.id /ditjentan/admin /rb/Sorgum.pdf . diakses pada tanggal 20 desember 2010.

Anonimc,2010. Sogum. Diakses dari http://www.batan.go. id/patir/_berita/ pert/ sorgum   /sorgum.html diakses pada tanggal 20 desember 2010.

Anonimd, 2010. Jewawut diakses dari. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id .:pengelolaan-plasmanutfah-jagung -sorgum-gandum-jewawut &cati .penelitian-2006-2007&Itemid=141. Pada tanggal 20 desember 2010.

Grubben., G.J.H., dan S. Partohardjono (ed). 1996. Cereal: Plant Resources of South-East Asia No. 10. PROSEA Bogor, 200 pp.

Ir. Jantje Laimeheriwa. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum.Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian Provinsi Irian Jaya. Jayapura.

Widyaningsih Soemadi dan Abdul Mutholib. 1999.  Pakan burung. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta, 81 hlm.
           

4 komentar:

Unknown mengatakan...

informasinya sangat membantu sekali THX

Dedew's Asssieek mengatakan...

in praktikum apa..???

FAUZI mengatakan...

Kopi_Sama2 bro,
Dede_Praktikum BTS de'....!! moga bermanfaat!!.

Anonim mengatakan...

Thx wat infonya. sangat membantu sekali^^

Posting Komentar

welcome

Browse