http://rapidshare.com/files/447734252/SIFAT-SIFAT_AKAR.pptx
http://rapidshare.com/files/447734390/Rekayasa_genetika.doc
Lagu Kesukaan ku nehh!!..
http://rapidshare.com/files/447737998/Afgan_-_Seperti_Bintang.mp3
Tanaman Transgenik
REKAYASA GENETIKA PADA TANAMAN TRANSGENIK
Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan. Bedanya, pada zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses pemuliaan dilakukan dengan ”mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan di samping sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian pemindahan gen. Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.
Rekayasa genetika memiliki potensi sebagai teknologi yang ramah lingkungan .Selain ramah lingkungan teknologi rekayasa genetika diharapkan akan dapat membantu mengatasi masalah pembangunan pertanian yang tidak lagi dapat dipecahkan secara konvensional. Contohnya dalam rangka meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan penduduk yang selalu bertambah salah satu kendala utamanya adalah adanya gangguan hama dan penyakit. Survei sekilas dari literatur majalah ilmiah mengenai tanaman transgenik menunjukkan bahwa tanaman transgenik dibuat untuk beberapa tujuan yaitu : pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus. Dengan rekayasa genetika sudah dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida dan tanaman transgenik yang mempunyai kualitas hasil yang tinggi.
Kemajuan ini sangat penting dan dalam kenyataan jumlah tanaman transgenik yang diproduksi setiap tahun semakin meningkat. Hingga tahun 1988 hanya ada sekitar 23 tanaman transgenik. Jumlah tersebut meningkat menjadi 30 pada tahun 1989 dan lebih dari 40 pada tahun 1990. Tanaman transgenik direkayasa pertama kali pada tahun 1980-an. Hall, Kemp dan kawan-kawan telah mentransfer gen b–faseolin dari kacang-kacangan ke kromosom bungan matahari. Perkembangan lebih lanjut telah memungkinkan untuk melakukan transformasi genetik ke eksplan yang mampu beregenerasi seperti daun, batang dan akar. Terobosan terakhir dalam hal meregenarasikan tanaman monokot transgenik telah menghilangkan penghambat utama dalam usaha untuk perbaikan sifat tanaman serealia. Dalam makalah ini akan dibahas kekhawatiran konsumen untuk mengkonsumsi tanaman transgenik : berbahaya atau tidak.
Mengenal teknologi rekayasa genetika
Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman.
Varietas baru
Apa yang ingin dilakukan oleh para ahli genetika ialah memasukkan gen-gen spesifik tunggal ke dalam varietas-varietas tanaman yang bermanfaat. Hal ini akan meliputi dua langkah pokok. Pertama, memperoleh gen-gen tertentu dalam bentuk murni dan dalam jumlah yang berguna. Kedua, menciptakan cara-cara untuk memasukkan gen-gen tersebut ke kromosom-kromosom tanaman, sehingga mereka dapat berfungsi.
Langkah yang pertama bukan lagi menjadi masalah. Dengan teknik DNA rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari setiap DNA pada bakteri. Tidak mudah untuk mengidentifikasi segmen khusus yang bersangkutan di antara koleksi klon. Khususnya untuk mengidentifikasi segmen tertentu yang bersangkutan di antara koleksi klon, apalagi untuk mengidentifikasi gen-gen yang berpengaruh pada sifat-sifat seperti hasil produksi tanaman.
Langkah kedua, memasukkan kembali gen-gen klon ke dalam tanaman juga bukan sesuatu yang mudah. Peneliti menggunakan bakteri Agrobacterium yang dapat menginfeksi tumbuhan dengan lengkungan kecil DNA yang disebut plasmid Ti yang kemudian menempatkan diri sendiri ke dalam kromosom tumbuhan. Agrobacterium merupakan vektor yang siap pakai. Tambahkan saja beberapa gen ke plasmid, oleskan pada sehelai daun, tunggu sampai infeksi terjadi, setelah itu tumbuhkan sebuah tumbuhan baru dari sel-sel daun tadi. Selanjutnya tumbuhan itu akan mewariskan gen baru kepada benih-benihnya.
Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.
Kapas Transgenik
Tanaman hasil rekayasa genetika atau sering kita sebut sebagai tanaman transgenik melangkah dari eksperimen laboratorium ke uji lapangan dan akhirnya komersialisasi hampir tanpa hambatan yang berarti. Memang, kadang ada eksperimen yang gagal, tetapi tidak sampai menimbulkan ”kecelakaan.”
Tahun 1989 untuk pertama kalinya uji lapangan dilakukan pada kapas transgenik yang tahan terhadap serangga (Bt cotton) dan pada tahun yang sama dimulai proses pemetaan gen pada tanaman (Plant Genome Project). Pada tahun 1992 sebuah perusahaan penyedia benih memasukkan gen dari kacang Brasil ke kacang kedelai dengan tujuan agar kacang kedelai tersebut lebih sehat dengan mengoreksi defisiensi alami kacang kedelai untuk bahan kimia metionin. Meskipun sedikit, ada orang yang alergi terhadap kacang Brasil dan kacang kedelai transgenik tersebut menimbulkan efek alaergi pada orang yang sama.
Perusahaan tersebut menghentikan projek tersebut padahal ratusan ribu orang dapat diselamatkan dari kekurangan gizi tersebut dibandingkan satu atau dua orang saja yang alergi terhadap kedelai tersebut. Dua tahun kemudian untuk pertama kalinya Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui pangan transgenik (tomat) yang dapat ditunda proses kematangannya (FLARSAVR Tomatoes). Pada tahun 1999, di Inggris, dengan badan regulasi keamanan produk pangan yang telah kehilangan kepercayaan setelah epidemi ”sapi gila.” Produk hasil rekayasa genetika menjadi perkara besar, padahal di Amerika perkara yang sama telah menjadi biasa pada tiga tahun sebelumnya.
Serap tenaga kerja
Memang di dalam teknologi rekayasa genetika ada yang aman ada juga yang tidak, sama amannya atau sama bahayanya dengan gen-gen yang direkayasa. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Kelebihan dari proses rekayasa genetika tanaman transgenik dibandingkan dengan pemuliaan tanaman secara tradisional yaitu dalam tanaman transgenik, gen yang dipindahkan dapat diketahui dengan persis dan dapat diikuti "perjalanannya". Tanaman yang tahan terhadap serangga tertentu, tidak begitu banyak memerlukan insektisida, bahan bakar untuk alat semprot, dan tidak ada kaleng bekas insektisida menjadikan tanaman transgenik ramah terhadap lingkungan.
Dapat menjadi bahan renungan bagi kita, saat ini enam puluh persen benih yang dijual di Amerika adalah benih hasil rekayasa genetika. Tak heran, jika sejak 1992 pertumbuhan industri bioteknologi mengalami pertumbuhan lebih dari tiga kali lipat. Dengan peningkatan pendapatan dari 8 miliar dolar AS di tahun 1992 menjadi 27,6 miliar dolar AS di tahun 2001.
Benih-benih yang mengalami rekayasa genetika merupakan contoh terobosan teknologi dalam industri pangan. Dengan menggunakan tanaman transgenik hasil panen bisa meningkat hingga lebih dari dua kali lipat. Jika benih jagung biasa hanya menghasilkan 3,2 ton per hektar setiap panennya, maka jagung transgenik bisa menghasilkan 7,8 ton per hektar.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang dikembangkan melalui proses rekayasa genetika dengan menyisipkan sel asing ke dalam tumbuhan tersebut. Pada tahun 2002 di seluruh dunia ada empat tanaman transgenik utama, yaitu kedelai (36%), kanola (36%), kapas (11%) dan jagung (7%). Sampai saat ini belum ada tanaman produk rekayasa genetika buatan dalam negeri yang telah mendapatkan izin untuk dibudidayakan oleh petani. Namun, semua produk turunan kedelai yang ada di Indonesia seperti tempe, tahu, kecap keripik dan lain sebagainya, bahan bakunya merupakan kedelai transgenik impor dari Amerika Serikat.
Pemerintah berdasarkan surat keputusan bersama empat menteri tahun 1999 pernah mengizinkan penanaman tanaman non-pangan transgenik swasta di Sulawesi Selatan, yaitu berupa kapas transgenik. Bibit kapas dipasok oleh PT Munsanto, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang rekayasa genetika. Pada tahun 2001, penanaman kapas berakhir dengan gagal panen. Bahkan 10% kapas yang ditanam tidak dapat tumbuh. Kasus ini adalah contoh kegagalan tanaman transgenik di Indonesia, dan yang menjadi korban adalah para petani miskin.
Dilema tanaman transgenik
Tanaman transgenik memang dapat meningkatkan produksi pertanian, tetapi di saat bersamaan, tanaman ini mengancam kelangsungan ekologis dan membahayakan kesehatan. Sekitar 25% tanaman transgenik di seluruh dunia dimasukkan protein Bt yang bisa ikut memusnahkan serangga (hama) non-target. Resiko ekologis lain adalah kontaminasi genetik yang tak terkendali dan ketidakseimbangan antara musuh alami (predator) dan hama.
Dari segi kesehatan, tanaman hasil rekayasa genetika merupakan bom waktu biologis yang dapat menganggu sistem kekebalan dan berkombinasi dengan virus dan bakteri lain menimbulkan patogen baru. DNA tanaman transgenik yang diserap oleh bakteri di tanah dan perut manusia akan menyulitkan pengobatan terhadap infeksi. Setelah proses pencernaan DNA tanaman transgenik akan tetap hidup dan melompat ke genom sel mamalia sehingga memungkinkan penyakit kanker.
Sekitar 75% tanaman transgenik yang toleran dengan herbisida menggunakan glufosinat dan glifosat. Amonium glufosinat menyebabkan keracunan neurologis, pernapasan, gastrointestinal dan haematologis, serta kelahiran cacat pada manusia dan mamalia sedangkan glifosat merupakan penyebab utama keluhan sakit dan keracunan di Inggris.
Berdasarkan informasi dari YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), uji makanan transgenik yang pernah dilakukan di Jerman terhadap tikus mendapat hasil bahwa anak-anak tikus yang diberi makanan transgenik memiliki peluang kematian enam hingga delapan kali lebih besar dibanding tikus yang tidak diberi makanan transgenik.
Gen dari sel ambing susu domba ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri yang kemudian ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya sehingga lahirlah domba Dolly yang merupakan hewan kloning (cangkokan ) pertama di dunia. Demikian pula gen tomat ditransplantasikan ke ikan transgenik sehingga ikan menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan.
Rekayasa genetika dalam bibit pangan nabati telah berkembang dengan luas begitu pula produk rekayasa genetika pada hewan misalnya produksi hormon untk peningkatan kuantitas maupun kualitas dari pangan hewani. Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika tersebut dapat dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya bahan pangan mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan berbagai sifat yang belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik lainnya. Oleh karena itu muncullah berbagai kekhawatiran dalam menggunakan dan mengkonsumsi bahan pangan transgenik. Kekhawatiran dapat bersifat ilmiah yang dibuktikan dengan berbagai hasil percobaan, tetapi ada pula kekhawatiran yang disebut kekhawtiran logika (public anxiety). Misalnya di Indonesia benalu kopi adalah obat untuk kanker sebab tanaman tersebut menjadi kanker pada tanaman kopi.
Kekhawatiran terhadap tanaman transgenik
Adanya reaksi alergis pada manusia satu-satunya dampak negatif gangguan kesehatan yang disebabkan mengkonsumsi bahan pangan transgenik yang sudah dapat dibuktikan melalui percobaan skinprick testing. Hal ini dibuktikan oleh Nordlee dan kawan-kawan pada tahun 1996. Oleh karena itu seluruh gen yang dipergunakan maupun produk yang telah dihasilkan ditarik dari peredaran, sehingga dapat dikatakan bahwa sampai saat ini belum ada lagi dijumpai keberadaan dampak negatif mengkonsumsi pangan transgenik terhadap gangguan kesehatan pada manusia. Disamping hal positif terdapat kekhawatiran dari sebagian masyarakat bahwa tanaman transgenik akan mengganggu, merugikan dan membahayakan bagi kesehatan manusia. Berikut akan diuraikan mengenai kekhawatiran dan fakta yang mendukung bahwa tanaman transgenik merupakan produk yang aman.
1. Kemungkinan menimbulkan keracunan.
Ada kekhawatiran apabila manusia memakan organisme khususnya tanaman transgenik yang mengandung gen Bt-endotoxin akan mati karena keracunan. Kekhawatiran tersebut didasari oleh sifat beracun dari gen Bt terhadap serangga, karena serangga yang memakan tanaman transgeniktersebut akan mati akibat racun gen Bt. Pendapat ini tidak benar karena gen Bt hanya akan bekerja secara aktif dan bersifat racun apabila bertemu sinyal penerima (receptor) di dalam usus serangga dari golongan yang sesuai dengan dengan virulensinya. Gen Cry I hanya manjur untuk serangga golongan Lepidoptera sedangkan gen Cry III hanya untuk Coleoptera. Usus serangga mempunyai pH basa sedangkan usus manusia mempunyai pH asam dan tidak memiliki sinyal penerima Bt. Menurut hasil penelitian gen Bt tidak stabil dan aktif pada pH lebih kecil dari lima. Selain itu sejak puluhan tahun yang lalu Bt-toxin telah digunakan oleh petani di negara maju sebagai pestisida hayati yang aman baik terhadap hewan, serangga berguna maupun manusia. Oleh karena itu secara ilmiah tanaman transgenik yang mengandung gen Cry tidak akan beracun terhadap manusia.
2. Kemungkinan menimbulkan alergi
Kekhawatiran lain dari tanaman hasil rekayasa genetik adalah sebagai penyebab alergi. Satu sampai dua persen orang dewasa dan 4-6% anak-anak menderita alergi akibat makanan. Beberapa komoditas yang digunakan sebagai bahan makanan diketahui dan dikenal sebagai sumber bahan penyebab alergi (allergen) seperti brazil nut, crustacean, gandum, ikan, kacang tanah, kedelai dan padi. Sebagai peneliti sebelum mengisolasi gen interes dari suatu komoditas untuk digunakan dalam perakitan tanaman transgenik kita harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber allergen. Penggunaan gen yang berasal dari sumber allergen harus benar-benar dihindari.
Suatu studi kasus yang relevan yang telah dilakukan adalah perakitan tanaman transgenik untuk memperoleh kedelai dengan kandungan metionin tinggi, karena diketahui tanaman kedelai mempunyai kandungan metionin rendah. Oleh karena itu dilakukan isolasi gen metionin dari tanaman brazil nut yang mengandung metionin tinggi dan ditransfer ke tanaman kedelai. Perakitan tersebut berjalan dengan sukses dan diperoleh tanaman kedelai yang mengandung gen metionin. Tetapi setelah dilakukan pengujian sifat alergi terhadap manusia melalui uji skin prick ternyata hasilnya positif menyebabkan alergi. Sebagai akibat dari hasil pengujian tersebut maka pengembangan proyek kedelai transgenik dengan kandungan metionin tinggi dihentikan dan produk tersebut tidak dapat dikomersialkan.
Semua allergen adalah protein tetapi tidak semua protein adalah allergen. Makanan atau bahan pangan mengandubng puluhan ribu protein, tetapi sedikit sekali yang bersifat allergen. Allergen dijumpai dalam jumlah yang tinggi di dalam makanan atau bahan pangan, sebaliknya kandungan protein dari gen interes berjumlah sangat sedikit. Semua protein allergen bersifat stabil dan memerlukan waktu yang lama untuk dicerna di dalam sistim pencernaan. Sifat tersebut sangat berbeda dengan protein tanaman dimana gen donor hanya dalam waktu beberapa detik sudah dapat dicerna. Selain itu diketahui pula bahwa semua allergen terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam makanan serta stabil dan aktif pada suhu lebih besar 65oC dan pH 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen donor sebagai bahan gen transgenik tidak stabil dan aktif pada suhu lebih besar dari 65oC dan pH 5, sehingga apabila dilakukan pemanasan dalam proses memasak makanan tidak berfungsi lagi.
3. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan antibiotik.
Ada kekhawatiran lain bahwa penggunaan marka tahan antibiotik seperti kanamycin resistant (Kan-R) dalam tanaman transgenik menyebabkan bakteri di dalam tubuh menjadi resisten terhadap antibiotik. Kemungkinan bakteri di dalam tubuh menjadi resisten karena transfer horizontal gen Kan-R dari tanaman transgenik yang dikonsumsi ke bakteri di dalam usus adalah sangat kecil. Gen Kan-R yang ditransfer ke tanaman melalui rekayasa genetika akan terinkorporasi ke dalam genom tanaman. Sedangkan tanaman tidak mempunyai suatu mekanisme untuk mentransfer gen yang sudah terinkorporasi tersebut ke bakteri. Terjadinya transformasi pada bakteri memerlukan suatu kesamaan homologi yang tinggi antara utas DNA donor dan DNA penerima. Selain itu gen yang ada pada tanaman berada di bawah komando promotor tanaman yang tidak akan bekerja pada bakteri. Cara yang lebih cepat untuk menjadikan bakteri dalam tubuh menjadi resisten terhadap antibiotik adalah dengan mengkonsumsi antibiotik yang berlebihan sewaktu orang sedang sakit. Menurut penelitian, manusia diestimasi telah mengkonsumsi 1 juta jasad renik tahan kanamicin melalui bahan pangan seperti sayur-sayuran mentah. Disamping itu secara alami 4 triliun bakteri tahan kanamicin sudah ada dan menghuni usus manusia. Pernah juga dikatakan adanya resistensi terhadap beberapa jenis antibiotika apabila mengkonsumsi pangan transgenik, tetapi setelah diteliti penyebabnya bukan disebabkan karena penggunaan bahan pangan transgenik tetapi adanya residu antibiotita yang berlebihan pada air susu yang diproduksi dengan menggunakan bahan transgenik. Setelah ditelusuri ternyata sapi-sapi yang disuntik hormon bovinesomatothropine (rBST) menghasilkan produksi susu yang meningkat.
Berbahayakah tanaman transgenik?
Selama produk rekayasa tanaman transgenik dilakukan dengan memasukkan prinsip-prinsip etika moral maka tanaman transgenik tersebut tidak berbahaya bagi konsumen. Sebagai contoh, di Indonesia pada awal tahun 2001 dihebohkan dengan kasus penyedap rasa (monosodium glutamat) yang diproduksi dengan menggunakan enzim yang diisolasi dari gen babi yang haram hukumnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Hal ini dapat dikategorikan sebagai kekhawatiran yang berdampak negatif mengkonsumsi bahan transgenik terhadap gangguan etis dan agama.
Di Indonesia sampai saat ini belum ada lagi laporan ilmiah yang telah dibuktikan menyatakan bahwa mengkonsumsi pangan transgenik menyebabkan gangguan kesehatan selain reaksi alergis (hal inipun gen dan produknya telah ditarik dari persedaran) maka dapat dikatakan pada saat ini pangan transgenik belum berbahaya bagi kesehatan.
Di luar negeri telah dikeluarkan petunjuk dan rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan. Misalnya di Amerika Serikat keamanan pangan termasuk produk rekayasa genetika ditangani oleh suatu badan yaitu Food and Drug Administration (FDA) . Badan ini membuat pedoman keamanan pangan yang bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produk baru (termasuk yang berasal dari hasil rekayasa genetika) sebelum dikomersialkan produk tersebut harus aman untuk dikonsumsi dan masalah keamanan pangan harus dukendalikan dengan baik. FDA akan melakukan telaah ulang terhadap produk asal tanaman transgenik apabila terdapat pengeluhan atau pengaduan dari publik yang disertai dengan data yang bersifat ilmiah. Gen yang ditransfer pada tanaman menghasilkan tanaman transgenik oleh FDA disepadankan dengan food additive yang dievaluasi secara substansi sepadan. Apabila bahan pangan baru diketahui secara substansial sepadan dengan bahan pangan yang telah ada, maka ketentuan keamanan bahan pangan tersebut sama dengan ketentuan bahan pangan aslinya. Kesepadanan substansial ditentukan berdasarkan : sifat fenotipik, Karekteristik molekuler, analisis kandungan nutrisi, sifat potensial toksisitas dan non-toksisitas, sifat alergen dan non-alergen, penggunaan kategori generaly regarded as save (GRAS) dan tidak melakukan pelabelan bahan pangan yang berasal dari tanaman transgenik.
Kelompok konsidarasi dari badan international dunia Food and Agriculture Organization (FAO) memberikan beberapa petunjuk dan rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan, yaitu :
1. Peraturan mengenai keamanan pangan yang komprehensif dan diterapkan dengan baik merupakan hal yang penting untuk melindungi kesehatan konsumen dimana semua negara harus dapat menempatkan peraturan tersebut seimbang dengan perkembangan teknologi.
2. Penilaian kesamaan untuk produk rekayasa genetika hendaknya berdasarkan konsep substansial equivalen.
3. Pemindahan gen dari pangan yang menyebabkan alergi hendaknya dihindari kecuali telah terbukti bahwa gen yang dipindahkan tidak menunjukkan alergi.
4. Pemindahan gen dari bahan pangan yang mengandung alergen ke organisme lain tidak boleh dikomersialkan.
5. Senyawa alergen pangan dan sifat dari alergen yang menetapkan immuno genicity dianjurkan untuk diidentifikasi.
6. FAO akan mengadakan lokakarya untuk membahas dan memutuskan bilamana ada beberapa gen marka ketahanan antibiotik yang harus dihindarkan dari tanaman pangan komersial.
7. Perlu ada pangkalan data (data base) tentang pangan dari tanaman, mikroorganisme pangan, dan pakan.
8. Validasi metoda sangat diperlukan
9. Negara berkembang harus dibantu dalam pendidikan dan pelatihan tentang keamanan pangan dan komponen pangan yang ditimbulkan oleh modifikasi genetik
10. Perlu ditingkatkan riset untuk pengembangan metode untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan penilaian keamanan pangan unt8uk produk rekayasa genetik..
Rejuvinasi
Ne ada beberapa Foto yang aku punya n Di save Di Laptopku tuk dijadikan Kenanganku nanti....<------(pasrah amaett kyak g' akan ketemu lagi..^_^)
Nama : Fauzi Arsyad
Alias : Chylenz_obryn
Dibilang teman2ku aku orangnya pendiam!! <---sbnarnya tergantung Mood juga sih!! Pernah sekali aku dibilang cerewet ama seseorang yang menegurku...mungkin karena terlalu ribut kali....!!!
Paling jengkel ama orang yang semaunya aja, ada sih orangnya....tapi ntar ditulis degh!!
No Pacar No Cry,
Ne pertama teman gue "Rejuvinasi"
Nama Lengkapnya Syamsuddin,
Sering dipanggil teman2, Ladies...Beiber...Indhing....
orangnya baik n mukanya yang imut membuatnya banyak disukai teman2nya apalagi para Ladiesss!!...wkwkwkwk <------ P i s s Brooo!!!
susah Menolak permintaan orang walaupun terkadang terasa sulit dia rasakan!!!...
Sekarang lagi dekat ma seseorang cewe....namanya ******* (sensor <---- Bukan tuk dipublikasi) jangan penasaran ya....he..he..
NeXt......
orang yang paling suka ma Blog....sekaligus ngajarin aku main blog.....susah juga minta diajarin ma dia mungkin takut Ilmunya habis kalleeee!!....he..he...
Namanya : Iqbal
Alias : Baloks...
Orangnya hobby main Takraw n Volly.....(aku sih malah sebaliknya....#_#)
kalimat Favorit : "kau itu Bicara kayak ngomong saja"..<------- (kyaknya g' ada bedanya deh...ato ada makna tersembunyi....hahaha)
sifatnya pemalu..tapi terkadang muncul kelainan kalau lagi ramee/kumpul teman2!!.....sukanya ngegomballl cewe!! hahaha....sampe-sampe....Mamenk jadi Korbannn....xixixixiix
Selanjutnya Syarif....
Nama Lengkapnya : Ahmad Syarif
Panggilan : Iphe
orangnya gokil amet.....suka mengejek....udah banyak korbannya ( <----- kayak Kasus ajaa...!!!) wkwwkwkw
Hobi, maen Bolaaa....( <---- g' tinggalin tuh kalau ada anak2 yang pergi mainnn!!..) Btw kapan lagi main futsal iniiee??? ^_^
Ceria n bikin orang ketawa, walaupun ada yang jadi korbannn....wkwkwkwk <-----Piss meennn
Skrang orangnya jadi pendiam....kayak.a adalah masalah ne!!...yang pasti raut wajahnya menunjukkan sesuatu,....
kalau punya masalah cerita aja bro...syapa tau teman2 bisa mmbantu......!! ^_*....(ato cuman aku yang g' tau....) he..he...
Selanjutnya :
Nama : Frans S. Ginting
Panggilan : Abang
Logat yang kental membuat orang mudah tahu dari mana asalnya.....( <----- Biar g' Lupa ma kampungnya kaleee....xixixixi)
Orangnya tegas n ga suka Neko2...palagi masalah waktuu,...kalau di panggil ama dia n jawabannya itu orang "sebentar"....langsung balik mukanya, kyak disambet gitu....hahahaha, Piss Men! ^_^
Selanjutnya Aka
Nama Lengkapnya : Asril
Aka dipanggil Asril......kyak bukan nama Lengkap tuh ( <----- Nama Aslinya mungkin ya?? @_@)
orangnya g' suka diganggu kalau lagi menyendiri.....( <---- sifat dasarnya kalee) ^_^
Fanatik banget ma Club Asal Italia...."ROSSONERI" AC MILAN
dari pemain muda hingga tua aja di hapal semua beserta skillnya masing-masing ama kawanku yang satu ini.......
Kalau Club kesayangannya di Hina/Di callai (Makassar) g' akan dibiarin ma temanku iniii....Minimal Di callai balikkk.....he.he...
Skarang orangnya lagi menjauh ne.....ada apa ya??,....( itu yang jadi pertanyaan teman2).....Pesanku : jangan lepas kendali kawan, pegang prinsipmu....
NExt : .....
Name : Mukhtadir Putra
Aliass : Arielllll...
Ne Nag rejuvinasi yang paling kocak.....
Suka bikin hal2 aneh yang buat teman2nya ketawa....
salut aja ama ne orang.......tingkah laku yang anehh dan terkadang teman2 berpikir Malu2innn...he..he...PISS kawannn
Skillnya dalam memainkan alat musik tak perlu lagi diragukannn (apalagi Gitarr)
Orang yang mendengarkan lantunan dan Petikan gitarnya akan terhiburr......n salut aja dengan instrumen mussicnya bro.
Next : Ancha,
Nama Lengkap : Ermansyah
Ne orang hoby maen PS,
kalau lagi makan 2x lebih lama dibandingkan dengan orang yang makannya normal, itu karena suka lakukan aktifitas lain kyak membunyikan tanganya (mungkin olah raga khususnya) n mencet2 tombol BB andalannya...........hahah
tapi sekarang orangnya lagi bingung, mau dibawa kemana hidupnya.....wkwkw tapi boleh lah gebetannya....teman seangkatan coy, dapat disaat mau selesai study alias Sarjana.......piss broo.. hehehe
hmm,.. selanjutnya :
Echa,
name lengkapnya : Rezha Idhil
ne anag Bacpacker mania.....ckckckc
sukanya keluar daerah/kota dengan mencari tiket Promo, berangkatnya dengan uang pas-pasan....(kira2 kalau lepas di hutan bisa g' ya? *_*) hehehe pissss
orangnya suka keluar kota, tapi g' suka ajak2 teman seangkatannya,,, alasannya diajak juga ma temannya.....wkwkwk.
orangnya kalau buat janji selalu meleset waktunya.........wkwkwk
To Be Continued.....Heri, Amel, Aris, Arsyad, aslam n kawan-kawan Lainnya ^_^
Penangan Panen dan Pasca Panen
PENDAHULUAN
Pemenuhan gizi yang seimbang sangat diperlukan oleh masyarakat, baik itu gizi makro maupun gizi mikro seperti karbohidrat, lemak , protein, air, mineral, dan vitamin. Holtikultura sebutan bagi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang cukup tinggi dan beberapa di antaranya yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, seperti vitamin A, serat, gula, dan vitamin C.
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable). Produk yang telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan O2, hambatan regim suhu, dan sebagainya. Sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Penanganan pasca panen ini bertujuan memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat (konsumen), memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjan masa simpan.
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25 % - 28 %. Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Bila pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Suhardi, 1992). Berbagai cara penanganan pasca panen buah dan sayuran adalah pendinginan awal (recooling), sortasi, pencucian/pembersihan, degreening (penghilangan warna hijau) dan colour adding (perbaikan warna), pelapisan lilin, fumigasi, pengemasan/pengepakan dan penyimpanan.
ISI
Mencermati keadaan perekonomian saat ini yang tidak menentu, ditunjang dengan situasi keamanan dan suhu politik yang memanas, seolah menyiratkan pada kita semua bahwa negara kita akan semakin terpuruk bila perdagangan bebas segera diberlakukan. Sebelum diberlakukan pun, hampir di setiap sektor belum menunjukkan kesiapannya. Tidak terkecuali dengan sektor pertanian. Bahkan sektor yang satu ini benar-benar harus dipersiapkan. Membanjirnya produk – produk impor seperti buah-buahan sebagai dampak diberlakukannya deregulasi beberapa tahun lalu sedikit banyak telah merugikan pertanian dalam negeri. Itu merupakan sebuah contoh betapa belum siapnya negara kita. Buah impor yang masuk memiliki keunggulan dari segi rasa dan penampilan sedangkan dari harganya sendiri lebih kompetitif. Akibatnya pasar buah kita lebih didominasi buah impor.
Sebagai orang awam, bila disodorkan dua barang dimana barang yang satu harganya tinggi dengan mutu yang biasa sedangkan barang yang lain harganya lebih murah dengan mutu yang jauh diatas barang pertama tentulah akan memilih barang yang kedua. Tidak peduli barang tersebut asalnya darimana yang penting di mata konsumen adalah harga yang kompetitif dengan kualitas yang bagus. Situasi tersebut dapat dianalogikan dengan produk kita saat ini. Kurang diterimanya produk pertanian kita di pasar domestik maupun internasional tidak terlepas dari masih rendahnya mutu produk yang dihasilkan, sehingga wajar bila produk kita tidak memiliki lagi keunggulan kompetitif maupun komparatif.
Masih kurangnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap produk sendiri terutama barang pertanian dipengaruhi oleh beberapa hal. Mutu atau kualitas merupakan hal penting yang tidak boleh diremehkan. Mutu barang yang rendah akan berimbas pada citra produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga. Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan dipengaruhi beberapa faktor, dan salah satu diantaranya adalah kurang baiknya penanganan pasca panen.
PANEN
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:Mahkota buah terbuka.
a. Tangkai buah mengerut.
b. Mata pada kulit buah berukuran lebar, besar, lebih bulat, tidak tajam, rata serta berlubang pada bagian tengahnya
c. Pangkal buah kuning.
d. Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
e. Bila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema.
Jika buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit/anakan nenas dibawah pohon induk/utama yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nenas dipanen dengan menebang pohon induk/utamanya, tetapi tetap membiarkan anakan nenas tumbuh disamping/dibawahnya. Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar. Waktu panen dipengaruhi juga oleh tujuan penggunaannya, untuk dikonsumsi sebagi buah segar, diolah menjadi selai, keripik, nata, dsb, atau untuk dipasarkan ke tempat jauh. tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.
PENANGANAN PASCA PANEN BUAH NANAS
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Hubungan berbagai bidang kajian dalam pasca produksi terlihat pada Gambar diatas.
Buah pasca panen pada umumnya ada yang mengalami kerusakan atau busuk. Serangan OPT dan terbentur menjadi salah satu penyebabnya, hal tersebut dapat diketahui dengan gejala yang muncul setelah panen seperti kulit buah berwarna coklat sampai hitam. Bila kulit buah yang sudah berubah warna tersebut dibuka, maka permukaan daging buahnya melunak dan bahkan berair.tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi. Penampilan kulit buah yang yang demikian menyebabkan buah tidak menarik bagi konsumen dan mempunyai nilai jual yang rendah. Kondisi buah seperti ini sering terlihat pada saat buah buahan berada dalam pengangkutan, dalam kemasan, penyimpanan, pemasaran, atau ketika dalam masa konsumsi setelah sampai ditangan konsumen. Untuk meningkatkan kualitas produk buah perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain : kondisi awal kualitas kesehatan tanaman, dari komoditas buah dilapangan, termasuk dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), suhu dan kelembaban saat pasca panen, cara penanganan, cara penyimpanan transportasi dan distribusinya. Hal tersebut merupakan system yang terkait satu sama lain dalam menjaga kualitas buah.
Namun tidak semua buah dan sayur mendapat penanganan pasca panen, karena tanaman holtikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dan membutukan perlakuan tertentu pula. Kita ambil contoh buah nanas, hasil olahan buah nanas sudah banyak beredar di masyarakat, seperti selai nanas, dodol, dan sirup. Akan tetapi masih banyak lagi pengolahan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan mutu buah nanas setelah di panen.
Penanganan Pasca Panen
Kegiatan penanganan lepas panen pada buah nanas meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pengumpulan Buah
Buah yang dipanen dikumpulkan di tempat pengumpulan atau tempat sortasi.
b. Sortasi/Klasifikasi
Dilakukan eliminasi produk yang luka, busuk, atau cacat, agar terpilih buah nanas yang baik dan manis sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.
c. Pembersihan dan Pencucian
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, insekta, atau residu penyemprotan sebelum panen. Buah nanas harus dibersihkan dari daun-daun atau kotoran lain yang masih menempel dan memangkas tangkai buahnya. Dan pencuciannya sebaiknya pada air bersih dan mengalir.
d. Pemeraman
Agar diperoleh buah nanas yang matang secara bersama, maka dilakukan pemeraman, yaitu dengan cara membungkus buah nanas dengan daun, kemudian dimasukkan ke dalam peti.
e. Pengemasan
Proses ini juga dapat mempengaruhi tampilan buah nanas nantinya, buah nanas dengan kemasan yang menarik mempunyai harga yang lebih tinggi. Buah nanas tersebut dapat dikemas dalam kotak kayu yang jarang papannya, sehingga aliran udara masih dapat masuk. Kotak tersebut diberi alas lumut atau sabuk kelapa dan setelah itu dilapisi dengan kertas minyak.
f. Pengangkutan
Dalam proses pengangkutan harus diperhatikan penempatannya dan aliran udaranya, tidak terkena hujan atau sinar matahari langsung.
g. Penyimpanan
Penyimpanan buah dapat dilakukan pada suhu dingin, suhu atmosfer terawasi dan pada suhu ruangan. Dalam proses ini juga harus diperhatikan waktu atau lama penyimpanannya dan kerusakannya akibat bakteri. Jika harga buah jatuh di pasaran kita dapat melakukan penyimpanan untuk menunggu harga naik. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 50C.
Penanganan pasca panen yang baik sebenarnya perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di Indonesia seringkali tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat petani, hal ini dikarenakan harga buah dan sayuran di tingkat petani rendah sehingga penanganan pasca panen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan pasca panen dan hasil panen tersebut membuat hasil panen langsung di jual. Sedangkan ditingkat pedagang biaya penanganan pasca panen yang lain dirasa mahal sehingga tidak sesuai dengan laba yang diperoleh karena daya beli konsumen yang rendah. Oleh karena itu diperlukan penerapan teknologi tinggi yang tentunya juga disertai dengan peningkatan pengetahuan di kalangan petani tentang pentingnya penanganan pasca panen terutama jenis buah dan sayur yang tidak tahan lama. Serta diperlukan peran serta dari masyarakat dan pemerintah untuk menunjang hal tersebut.
Buah nanas tergolong komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai. Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi. Penyortiran dan Penggolongan Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
Karakteristik Penting Fisiologi Pascapanen
Hal yang penting untuk dipahami adalah produk pascapanen buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi. Aktivitas respirasi berlangsung untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pascapanennya. Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya. Pada saat substrat mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses pelayuan dengan cepat.
Karakteristik laju respirasi produk pascapanen hortikultura segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut. Bagian tanaman yang aktif mengalami pertumbuhan dan perkembangan mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tanaman yang sedikit dan tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tinggi laju respirasi maka maka semakin cepat laju kemunduran mutu dan kesegarannya. Karena hubungan yang erat antara laju respirasi dengan laju kemunduran mutu dan kesegaran, maka laju respirasi sering dijadikan indikator masa simpan atau masa hidup pascapanen produk segar hortikultura.
Pada penyimpanan produk hortikultura segar yang perlu pula dicermati adalah adanya gas etilen yang mempercepat proses pelayuan. Etilen adalah senyawa organik hidrokarbon paling sederhana (C2H4), secara alami dihasilkan oleh aktivitas metabolisme buah dan saturan. Gas ini dapat pula dihasilkan dari pembakaran minyak kendaraan bermotor. Secara fisiologis etilen sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (part per billion). Laju produksi etilen oleh buah dan sayuran beragam seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Bila produk dengan laju produksi etilennya tinggi ditempatkan satu ruangan dengan produk yang laju produksi etilennya rendah maka akan mempercepat penuaan atau pelayuan produk yang berproduksi etileh rendah.
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan
2. Pasca produksi (Postproduction) dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing).
3. Karakteristik laju respirasi produk pascapanen hortikultura (nenas) segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut.
4. Pada penyimpanan produk hortikultura segar yang perlu pula dicermati adalah adanya gas etilen yang mempercepat proses pelayuan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
Anonim.(2009). Lahan Gambut di Kalimantan Berpotensi untuk Budidaya Nanas. Diakses 20 Oktober 2009] http://bisnisukm.com/lahan-gambut-kalimantan-berpotensi-untuk-budidaya-nanas.html
Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II; Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea Indonesia & European Commission. Jakarta.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.
Laporan Praktikum
Sabtu, 12 Februari 2011BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri sedang menurun dengan sangat besar. Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin besar. Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
Dengan produksi rata-rata 2,5 juta ton beras per tahun, telah menempatkan Sulsel sebagai daerah penyangga pangan nasional terbesar kedua setelah Jawa Timur. Areal pertanian yang dimiliki provinsi ini cukup besar, yaitu mencapai 1.411.446 ha, yang terbagi dalam lahan persawahan seluas 550.127 ha, dan lahan kering seluas 861.319 ha. Dari luas persawahan tersebut, yang beririgasi teknis mencapai 26,60 persen, irigasi setengah teknis 9,24 persen, irigasi sederhana 10,11 persen, irigasi Desa/Non PU 13,12 persen, tadah hujan 40,71 persen, dan Rawa Non Pasang Surut 0,22 persen. ( anonim, 2010 ).
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan pangan beras menimbulkan masalah kerawanan pangan. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan upaya diversifikasi. Diversifikasi bahan pangan pokok perlu dikembangkan dengan memanfaatkan bahan pangan alternatif antara lain jagung, singkong, dan ubi jalar. Ketiga komoditas ini di anjurkan untuk dikembangkan mempertimbangkan bahan tersebut telah banyak dikenal masyarakat, bergizi tinggi serta memiliki produktivitas yang tinggi. Volume produksi ke tiga komoditas tersebut berpeluang untuk ditingkatkan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lahan marginal yang kurang sesuai untuk ditanami padi. Sejauh ini masyarakat masih merasa enggan untuk mengkonsumsi bahan pangan alternatif karena kesulitan dalam teknik penyimpanan, pengolahan serta dianggap kurang menarik dan bergengsi. Upaya peningkatan produk-produk tersebut menjadi bahan pangan pokok olahan yang praktis dan menarik perlu diusahakan dengan memanfaatkan teknologi pangan modern.
Peluang pengembangan wijen sangat terbuka. Permintaan dunia terhadap kebutuhan wijen sangat tinggi. Indonesia sendiri sejak tahun 1988 mengimpor wijen. Produk wijen mempunyai kelebihan yang kompetitif, seperti minyak wijen yang mengantung antioksidan sehingga mempunyai daya simpan tinggi. Antioksidan wijen juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami dan carier obat suntik. Wijen juga dijuluki sebagai “The Queen of the Oilseed Crop”. Wijen dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan Indonesia. Kebutuhan akan gandum di Indonesia relatif besar yang selama ini hampir seluruhnya dipenuhi oleh impor. Dalam kondisi perekonomian saat ini serta nilai tukar rupiah yang rendah, pemenuhan kebutuhan gandum dalam negeri melalui impor sangat memberatkan Dampak kenaikan harga gandum telah berdampak luas khusus-nya pada industri yang menggunakan bahan-baku gandum.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pertmbuhan tanaman sorgum, gandum, wijen, dan juwawut pada olah tanah konvesional dan olah tanah minimum.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dan pembelajaran terhadap mahasiswa(i) tentang karakteristik dan pertumbuhan tanaman sorgum, gandum, wijen, dan juwawut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Sorgum (Sorghum spp.)
II. 1.1 Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Famili : Poaceae
Ordo : Poales
Genus : Sorghum L.
Spesies : (Sorghum spp.)
II. 1.2 Deskripsi
v Asal usul tanaman
Menurut sejarah, tanaman sorgum berasal dari benua Afrika dan nenek moyang tanaman ini adalah sejenis rumput-rumputan dengan nama latin Andropogon halepensis atau di jawa dikenal sebagai rumput glagah rayung. ( rukmana dan oesman, 2001 ).
v Secara Mofologi
Menurut Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat pair fang dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg - 50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
- sorgum biji kecil (8 - 10 mg)
- sorgum biji sedang ( 1 2 - 24 mg)
- sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warm biji ini, biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
2. Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal
yang terdiri atas ruas-ruas
yang terdiri atas ruas-ruas
3. Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
4. Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir
sorgum.
sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).
II. 1.3 Tipe Perkecambahan dan penyerbukan
Tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorgum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami. (anonima, 2010 )
II. 1.4 Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
· Iklim
Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C - 30° C dengan kelembaban relatif 20 - 40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dpl. dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 )
· Tanah
Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salinitas tinggi (garam). (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 )
· Ekologi
Sorgum dapat beradaptasi pada kisaran kondisi ekologi yang luas dan dapat berproduksi pada kondisi yang kurang sesuai bila dibandingkan dengan tanaman serealia yang lainnya. Sorgum dapat bertoleransi pada keadaan yang panas dan kering, tetapi juga dapat tumbuh pada daerah yang bercurah hujan tinggi atau tempat-tempat yang bergenang. Keadaan lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan sorgum adalah sebagai berikut:
Dengan penyebaran hari hujan yang teratur terutama pada saat tanaman berumur 4 - 5 minggu yaitu pada saat perkembangan perakaran sampai pada akhir per tumbuhan vegetatifnya, sorgum tergolong tahan terhadap kekeringan karena:
a) Bagian tanaman di atas permukaan tanah tumbuh lambat sampai sistem perakaran sudah kokoh.
b) Sorgum membentuk akar-akar sekunder dua kali.
c) Luas permukaan daun tanaman sorgum hanya setengah dari daun tanaman jagung.
· Varietas
Ada beberapa varietas yang dibudidayakan di Indodesia yaitu UPCA, Malang, No 26, Birdproof No 65, Katengu No 183, Pretoria No 184, Cempaka, Numbu, dan Kawali. (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2003).
II. 1.5 Kandungan Gizi
Kandungan gizi sorgum/ 100g yaitu unsur nutrisi kalori 332 cal, protein 11,0 g, lemak 3,3 g, kalsium 28,0 mg, besi 4,4 mg, pospor 287 mg, dan vit.B1 0,38 mg (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI 1992).
II. 2 Gandum (Triticum spp.)
II. 2. 1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum L.
Spesies : Triticum spp.
II. 2. 2 Deskripsi
v Asala Usul Tanaman
Masyarakat prasejarah sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM. ( anonimb, 2010).
v Secara Mofologi
Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. (Anonimc, 2010).
II.2.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
Tipe perkecambahan pada tanaman gandum adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Sedangkan penyerbukannya dilakukan dengan bantuan angin (Anemogami) (anonimd, 2010).
II.2.4 Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
· Iklim
Tanaman gandum tumbuh baik pada ketinggian > 800 m dpl, curah hujan 254 mm sampai 762 mm/tahun, dan suhu optimum 20 – 25oC.
· Tanah
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman gandum yaitu andosol, regosol kelabu, latosol dan alluvial dengan pH tanah berkisar antara 6 – 7, tidak ada zat toksit, kelembaban mendekati kapasitas lapang, dan suhu tanah rata – rata berkisar 15 – 28o C.(anonime,2010).
2. 2. 5 Varietas
.2.2.5 Kandungan Gizi
Kandungan gizi gandum /100 g yaitu unsur energy 360 kcal, karbohidrat 51,8 g, lemak 9,72 g, protein 23, 15 g, kalsium 39 mg, besii 6,26 mg, magnesium 239 mg, fosfor 842 mg, kalium 892 mg, seng 12,29 mg, mangan 13,301 mg, dan vitamin B6 1,3 mg. (direktorat gizi, Depkes RI 1992).
II. 3 Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.)
II. 3. 1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Sub-divisi : Angiospermae.
Class : Dicotyledoneae.
Ordo : Solanales (Tubiflorae)
Famili : Pedaliaceae.
Genus : Sesamum.
Spesies : Sesamum indicum
II. 3. 2 Deskripsi
v Asal Usul Tanaman
Wijen merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon berbatang lunak musiman yang berasal dari Asia Tengah, tepatnya India di Punjab dan Kashmir, Afghanistan serta Tajikistan. Namun ada pula yang berpendapat bahwa wijen adalah tanaman asli daerah tropis di kawasan Asia dan Afrika. Pusat penyebaran wijen adalah negara-negara beriklim tropis terutama Thailand, Vietnam, Cina dan Hongkong yang membudidayakannya dengan intensif. Di Indonesia, wijen juga dinamakan walir (Jawa Barat), Lenga (Bali, Gorontalo,Batak), Lena (Seram dan Roti), Langan (Ujung Pandang), Ringa (Bima), Longa (Nias). Wijen termasuk salah satu tanaman yang pertama kali diambil bijinya untuk dijadikan minyak dan penyedap makanan. Dalam bahasa Tamil, ennai berarti minyak. (Ochse et at. (1961)
v Secara Mofologi
Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar cabang yang sering bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara dari tanah. Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi bervariasi dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu pada tanaman yang telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang. Bunga tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil. Melalui pemuliaan, sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang penting, berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah apokat, kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot 1000 biji 2-6 g. (Weiss, 1971).
II.3.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
Tipe perkecambahan pada tanaman wijen adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Tanaman wijen tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami. Penyerbukan dapat juga terjadi oleh serangga, tetapi tidak pernah terjadi penyerbukan oleh angin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada persilangan buatan tanaman wijen adalah:
1. Harus diketahui periode berbunga tetua yang akan disilangkan, sehingga dapat diatur waktu tanamnya. Periode berbunga tanaman wijen berkisar antara umur 24 sampai dengan 62 hari.
2. Waktu masaknya organ generatif, untuk menentukan saat melakukan emaskulasi dan persilangan. Bunga wijen mekar pada pagi hari dan layu mulai tengah hari sampai sore hari. Kepala putik menjadi dewasa dan siap diserbuki sehari sebelum bunga mekar. Keadaan tersebut bertahan sampai satu hari berikutnya. Kepala sari membuka dan mengeluarkan tepung sari setelah bunga mekar
II.3.4 Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
Tanaman wijen tumbuh didaerah tropis antara 35o LS dan 40o LS Ketinggian antara 1-1.250 meter diatas permukaan laut. Suhu optimal untuk produksi tinggi 25–27o C. Curah hujan 400-600 mm. Curah hujan kurang 300 mm atau lebih dari 1.000 mm akan sangat mengganggu pertumbuhan. Idealnya wijen ditanam pada wilayah kering dengan bulan basah maksimal 3 bulan. Jenis tanah berpasir sampai lempung dengan pH tanah optimum pada kisaran 5,5 – 8,0 (anonimf,2010).
II. 3. 5. Varietas
Sesamum alalum, Sesamum. angolense, Sesamum angustifolium, Sesamum indicum,, Sesamum laciniatum, Sesamum latifolium, Sesamum occidentale, Sesamum protratum , Sesamum radiatum , Sesamum schenkii. (van-Rheenen, 1981).
II. 3. 6 Kandungan Gizi
Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan ternak. (anonimg,2010).
II. 4 Juwawut
II. 4. 1 Klasifikasi
Secara umum tanaman klasifikasi tanaman jewawut adalah sebagai berikut Regnum : Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida, Ordo : Poales , Famili : Poaceae, Genus : Setaria, Spesies : Setaria italica
II. 4. 2 Deskripsi
v Asal Usul Tanaman
Juwawut (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil (milet) yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur.
Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 6000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya biji-bijian yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium kedua sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai "milet Italia".
v Secara Mofologi
Jewawut mempunyai sistem akar khas Graminae. Biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman jewawut telah mengjasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan sebagai pendukung pertumbuhan tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Batang tanaman jewawut tegak, beruas-beruas, lampai, dan menyisip dari tunas terbawah. Daun jewawut termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helaian daun saja. Helaian daun ini berbentuk pita/melancip dengan tulang daun sejajar. Permukaan daun kasar karena memiliki bulu halus dan rapat. Daun berseling dan sejajar, tersusun dalam dua baris berhadapan atau searah.
Jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman ini termasuk hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril sedangkan bunga atas hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Leonard dan Martin, 1988).
Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji jewawut terdiri dari perikarp, endosperma dan embrio. Biji bulat telur,, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam.
II.4.3 Tipe Perkecambahan dan Penyerbukannya
Jewawut merupakan tanaman monokotil yang memiliki tipe perkecambahan hypogeal. Dimana terjadi pemanjangan epikoti sehingga plumula menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah. Penyerbukan yang dilakukan ialah penyerbukan sendiri. Namun dapat juga dibantu oleh angin. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman sehingga proses penyerbukannya tergolong penyerbukan sendiri (Anonimh, 2010 )
II.4.4 Lingkungan Tumbuh Dan Ekologinya
Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnyam 3-4 bulan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama. Di daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh pada daerah semi kering sampai ketinggian 2000 m dpl. Tanaman ini menyukai lahan subur dan dapt tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, dan bahkan tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Sedangkan pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8. (Grubben dan Partohardjono, 1996).
II. 4. 5 Varietas
Pearl millet ( Pennisetum glaucum ), Foxtail millet ( Setaria italica ) Proso millet (Panicum miliaceum), Finger millet ( Eleusine coracana ) ( anonimi. 2010 )
II. 4. 6 Kandungan Gizi
Kandungan gizi jewawut (setaria italica) yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14. ( Widyaningsih dan Mutholib, 1999 ).
DAFTAR PUSTAKA
anonim.2010, wijen. diakses dari http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews. cgi? newsid1093402541,40984, pada tanggal 20 desember 2010
Anonima, 2010. Gandum. Diakses dari http://www.deptan.go.id/ditjentan/ admin/rb/Gandum.pdf, pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimb,2010. Sorgum. Diakses dari http://www.deptan.go.id /ditjentan/admin /rb/Sorgum.pdf . diakses pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimc,2010. Sogum. Diakses dari http://www.batan.go. id/patir/_berita/ pert/ sorgum /sorgum.html diakses pada tanggal 20 desember 2010.
Anonimd, 2010. Jewawut diakses dari. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id .:pengelolaan-plasmanutfah-jagung -sorgum-gandum-jewawut &cati .penelitian-2006-2007&Itemid=141. Pada tanggal 20 desember 2010.
Grubben., G.J.H., dan S. Partohardjono (ed). 1996. Cereal: Plant Resources of South-East Asia No. 10. PROSEA Bogor, 200 pp.
Ir. Jantje Laimeheriwa. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum.Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian Provinsi Irian Jaya. Jayapura.
Widyaningsih Soemadi dan Abdul Mutholib. 1999. Pakan burung. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta, 81 hlm.
Langganan:
Postingan (Atom)
welcome
Label
- Genetika (1)
- Jewawut (1)
- My Friend's (1)
- Pertanian Nenas (1)
- Sorghum (1)
- Wijen dan Gandum (1)