Penanganan Panen dan Pasca Panen Pada Tan. Hortikultura

Selasa, 19 April 2011

Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga)(Anonim, 2011)
Peranan hortikultura adalah :
a). Memperbaiki gizi masyarakat,
 b) memperbesar devisa negara,
c) memperluas kesempatan kerja,
d) meningkatkan pendapatan petani, dan
e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
 Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Kerugian yang terjadi pada produk hortikultura segar perlu diperhatikan dengan mengetahui langkah-langkah yang benar pada tindakan panen dan pascapanen. Kerugian meliputi hilangnya sebagian atau total, kehilangan kualitas, kehilangan air, membusuk dan kerusakan fisik.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.


ISI


1.      PANEN

              Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya.Produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan, hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas harus maksimal, dengan penanganann yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Indicator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat menurut Purwadaria (1989) antara lain sebagai berikut :
1. Indicator fisik
              Indikator fisik sering digunakan khususnya pad beberapa komuditas buah .Indikatornya 
       adalah:
a.       Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah denagn   menggunkaan onenetrometer.
b.       Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan.
      2.      Indicator visual
              Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh ataupun komoditas  sayur.Indikatornya yaitu:                                                                                
a.        Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk.
b.       Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering.
Sifatnya sangat subjektif , keterbatasan dari indra penglihatan manusia.Sering salah pemenenan dialakukan terlalu muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen.



3.      Analisis kimia
              Terbatas pada perusahan besar , lebih banyak pada komoditas buah.Indikator nya adalah:                                                                                                           
a.       Jumlah kandungan zat padat terlarut,
b.      Jumlah kandungan asam,
c.       Jumlah kandungan parti,
d.      Jumlah kandungan gula
Metode analisis kimia lebih objektif dari visual karena terukur.Dasarnya: terjadinya perubahan biokimia selama proses pemasakan buah.
Perubahan yang sering terjadi adalah:                                                                 
a.        Pati menjadi gula,
b.       Menurunnya kadar asam,
c.        Meningkanya zat padat terlarut.

4.      Indikator fisiologis
Indikator utamanya adalah:
a.  Laju respirasi
b. Jumlah konsentrasi dan konsentrasi etilen.
Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat klimaterik.Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirainya mencapai klimaterik.Apabila laju respirasi suatu komoditas sudah mencapai klimaterik, siap dipanen.                                  
5.    Komputasi
Indeksnya adalah:
a. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman mulai dari penanaman sampai masak fisiologis.
b. Unit panas setiap tanaman.
Dasarnya adalah adanya korelasi positif antara suhu lingkungan denagn pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayur
                   
                    Setelah diketahui bahwa produk hortikultura sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan produk harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin, dengan kerusakan produk sekecil mungkin, dan biaya semurah mungkin. Umumnya panen masih dilakukan secara manual menggunakan tangan dan peralatan-peralatan sederhana. Meskipun memerlukan banyak tenaga kerja, panen secara manual masih lebih akurat, pemilihan sasaran panen juga dapat lebih baik dilakukan, kerusakan fisik yang berlebihan dapat dihindari, dan membutuhkan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan panen menggunakan peralatan mekanis (Suparlan, 1990)
Cara panen yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat
2. Dengan cara dipuntir: jeruk, melon
3. Dengan cara dibengkokkan: nenas
4. Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan bunga potong
5. Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar
6. Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi secara umum
                    Beberapa bagian yang Dipanen menurut Dhalimi(1990) antara lain :
                    a. Biji.
                    Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari biji/polong.
                    b. Buah.
                    Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.
                    c. Daun.
                    Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.
                    d. Rimpang.
                    Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung peng-gunaan. Tetapi pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.
                    e. Bunga.
                    Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.
                   
                    f. Kayu.
                    Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.

                   

            Disamping cara panen, waktu panen juga mempengaruhi kualitas produk hortikultura yang dihasilkan. Umumnya panen dilakukan pagi hari ketika matahari baru saja terbit karena hari sudah cukup terang tetapi suhu lingkungan masih cukup rendah sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat respirasi produk dan juga meningkatkan efisiensi pemanenan. Beberapa jenis produk hortikultura lebih baik dipanen agak siang agar embun yang menempel pada produk telah mengering, atau sekalian sore hari bila suhu lingkungan juga menjadi pertimbangan penting. Hal ini dapat mengurangi luka bakar akibat getah yang mengering pada buah-buah yang mengeluarkan getah dari tangkainya seperti mangga, atau mengerluarkan minyak seperti jeruk, dan mengurangi kerusakan mekanis (sobek) pada sayuran daun (Winarno, 2001)


2. PASCA PANEN

            Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya Winarno (2001).
            Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak) sehingga dibutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal utama yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan hasil (Dhalimi,1990).
Hal ini disebabkan antara lain penanganan pasca panen produk hortikultura yang masih dilakukan secara tradisional atau konvensional dibandingkan kegiatan pra panen. Terlihat bahwa masih rendahnya penerapan teknologi, sarana panen/pasca panen yang terbatas, akses informasi dalam penerapan teknologi dan sarana pasca panen juga terbatas sehingga menjadi kendala dalam peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani/pelaku usaha (Anonim, 1993).
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya
Penanganan pasca panen hortikultura secara umum bertujuan untuk memperpanjang kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang dilaksanakan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak teknologis, ekologis dan ekonomis diperlukan road map (peta perjalanan) penanganan pasca panen hortikultura sebagai landasan dalam penyusunan program kegiatan, rencana aksi serta kebijakan (Dhalimi,1990).
Tahapan Penanganan Pasca Panen :
1.      Pemanenan : Pemungutan hasil pertanian yang teah cukup umur
2.      Pengumpulan : Mengumpulkan hasil panen untuk mempermudah penyortiran.
3.      Sortasi : Pemisahan hasil panen yang baik dan jelek.
4.      Pencucian :Mencuci Produk hasil sortasi dari kotoran
5.      Grading: Untuk mendapatan sayuran yang baik dan seragan dalam suatu kelas yang     sama sesuai dengan standard yang telah ditetapkan atau sesuai dengan permintaan konsumen.
6.      Pengemasan : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan karena benturan sesama produk selama penyimpanan.
7.      Penyimpanan dan pendinginan : Menekan enzim respirasi agar aktivitasnya serendah mungkin sehingga laju respirasinya kecil dan produk terjaga kesegaranya.
8.      Transportasi:Mendistribusikan hasil pertanian yang telah melewati tahap-tahap pascapanen.




PENUTUP


Dari hasil pembahasan tentang panen dan pasca panen hortikultura, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya
2.      Indikator yangdapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat adalah indicator fisk, indicator visual, indicator fisioligis, analisis kimia, dan komputasi
3.      Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
4.      Tahapan penanganan pasca panen meliputi pemanenan, pengumpulan, sortasi, penyucian, grading, pengemasan, penyimpanan dan pendinginan, transportasi.














DAFTAR PUSTAKA

 Anonim, 2011., Hortikultura. http://id.wikipedia.org/wiki/Hortikultura. Diakses pada tanggal 14 April 2011.


______ (1987)., Lima Tahun Badan Penelitian dalam Pembangunan Pertanian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Dhalimi, A. 1990., Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran Segar. Makalah Pelatihan Kerja sama FAO - Dep. Perdagangan di Jakarta 12 - 14 Pebruari 1990, p. 17 - 37.

Noor, H. dan Muhammad (1994)., Penumpukan Sementara (Bulk Storage) dan Pengasapan Brangkasan Kedelai Hasil panen Musim Hujan. Dalam Noor, H., S. Saragih, D. Nazemi, M.

Willis, dan M. Damanik (Eds.)., Risalah Hasil Penelitian Kacang-Kacangan 1990-1993. Banjarbaru: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Balai Penelitian Tanaman Pangan.

Suparlan (1990)., Mempelajari Susut Pasca Panen Kacang Tanah di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Purwadaria, H.K (1989)., Teknologi Penanganan Pasca Panen Ubi Kayu. Deptan-UNDP-FAO.

Syarif, R dan H. Halid (1993)., Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta: Arcana.

Winarno, F.G. 2001., Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan Pasca Panen Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.







3 komentar:

Nurul Aisyah mengatakan...

sangat bermanfaat.....
alhamdulillah

Unknown mengatakan...

terima kasih

Unknown mengatakan...

Jlk sekali jawaban nu

Posting Komentar

welcome

Browse